Sehari Bersama KH. Idrus Ramli
SAMALANGA - Pakar Aswaja Nusantara, KH. Muhammad Idrus Ramli tiba di
Dayah MUDI Mesjid Raya Samalanga pada hari Rabu yang lalu (01/04/2015) tepat setelah
shalat Zuhur. Kedatangan beliau disambut oleh para Wadir MUDI, dewan guru, dan
juga para santri dengan rangkaian shalawat yang diiringi dengan suara
rebana.
Rangkaian kegiatan beliau di Dayah
MUDI dimulai dengan temu ramah dengan pengurus LBM MUDI Mesjid Raya dengan tema
“Pengembangan Lajnah Bahtsul Masail sebagai Lembaga Penelitian”.
K.H. Idrus Ramli menekanan
pentingnya lembaga Bahtsul Masail dimana untuk pengembangannya sangat
dibutuhkan kepada para pengasuhnya untuk memperkaya wawasan ilmu pengetahuan
dengan menelaah semua kitab-kitab para ulama. Selain kitab ulama terdahulu,
pengurus LBM dituntut untuk juga mampu memahami dengan baik kitab-kitab
kontemporer, dan juga harus menguasai Bahasa Arab yang dipakai dalam kitab
kontemporer yang memang berbeda dengan Bahasa Arab yang dipakai dalam kitab
klasik.
Kyai muda yang pernah menjadi
pengurus LBM di tempat beliau menuntut ilmu dulu tersebut juga memberikan
kiat-kiat pengembangan Bahstul Masail mulai dari cara kaderisasi anggota hingga
masalah tata cara diskusi dalam sidang Bahtsul Masail. Dalam hal menulis beliau
menyatakan “Jadikan menulis itu sebagai hobi sehingga tidak akan menjadi
beban”.
Diklat Keaswajaan
Selanjutnya, setelah shalat Ashar
dilanjutkan dengan agenda pertemuan dengan para dewan guru Dayah MUDI Mesjid
Raya yang mengambil tempat di Balee Beuton. Dalam tausiahnya, beliau menekankan
betapa pentingnya penambahan ilmu bagi para asatiz.
"Kita sebagai guru dituntut
untuk menambah kualitas ilmu, karena kualitas murid sangat tergantung kepada
kualitas guru," demikian ujar Gus Idrus di hadapan para dewan guru MUDI.
Ada sebuah pepatah dalam dunia
pendidikan mengatakan "al-Manhaj ahammu min maadah" yang
berarti metode mengajar lebih penting dari materi ajaran. Bagaimana metode
penyampaian kita, apakah mudah dipahami atau tidak, walaupun kitabnya bagus
tapi kalau metode penyampaiannya tidak bagus maka murid juga akan sulit untuk
bisa memahaminya.
Bagi seorang guru tidak boleh ada
dalam kamusnya tidak sempat belajar, bagi seorang guru setiap waktu adalah
ilmu. Kalau hanya metodenya saja yang bagus sedangkan kualitas gurunya tidak
bagus maka juga tidak akan mampu menghasilkan murid yang handal. Demikian papar
kyai muda tersebut.
Diskusi publik dengan Santri
Setelah bertemu ramah ba'da Maghrib
dengan Abu MUDI, agenda selanjutnya adalah pertemuan dengan para santri ba'da
Isya. Dalam tausiahnya, pakar Aswaja yang hanya menempuh pendidikan formal
Sekolah Dasar saja ini memberikan nasehat kepada para santri supaya rajin
belajar hingga menjadi ulama.
"Isytighal bi al-'ilmi min
afdhal al-'ibadah, menyibukan diri dengan ilmu merupakan salah satu ibadah
yang paling afdhal," demikian papar beliau, meminjam istilah Imam Nawawi
dalam kitab al-Minhaj.
Beliau menyatakan bahwa ulama hanya
bisa dilahirkan dari pesantren-pesantren, belum ada ulama yang lahir dari
perguruan tinggi apalagi bila tidak pernah duduk di pondok pesantren. Selain
itu hubungan emosional antara guru dan murid di dayah tidak dimiliki oleh
lembaga lain seperti perguruan tinggi.
Beliau mengingatkan bahwa tantangan
ke depan lebih besar daripada yang dihadapi oleh teungku-teungku saat
ini.
“Teungku dulu kalau ditanya sama
masyarakat, 'ini bagaimana hukumnya teungku?' maka kalau sudah dijawab 'haram
atau sunnah' maka sudah cukup, masyarakat tidak lagi bertanya. Namun sekarang
kalau ditanya 'ini bagaimana hukumnya teungku?' Kalau kita jawab 'sunnah' maka
akan ditanya lagi 'apa ada ayat atau haditsnya?'. Kalau dibilang ada haditsnya,
ditanya lagi 'apa hadits shahih?' kalau dijawab shahih, maka akan ditanya lagi
'apakah shaheh menurut Syeikh Al-Bani?'" demikian kata K.H. Idrus yang
disambut tawa para santri.
Beliau juga menyampaikan bahwa
aliran-aliran sesat di Indonesia saat ini jumlahnya mencapai ribuan. Di
antaranya yang besar pengaruhnya adalah paham Liberal, Syiah dan Wahabi. Dalam
kesempatan tersebut, beliau bercerita panjang lebar tentang Wahabi dan
Syiah.
Pada akhir taushiah nya, KH. Idrus
Ramli juga memberikan kiat bagi para santri untuk menghilangkan rasa bosan dan
mengembalikan semangat dalam belajar. “Saya ketika merasa
Sumber: http://www.mudimesra.com/2015/04/seharian-bersama-kh-idrus-ramli.html#sthash.ThmNcvzb.dpuf