background img

The New Stuff

Samalanga Raya Gelar Buka Puasa Bersama

SAMALANGA- Dalam upaya menjaga kesolidan Pemuda dengan Mahasiswa/I yang Samalanga dan Simpang Mamplam, keluarga besar pemuda, mahasiswa samalanga gelar buka puasa bersama,  acara ini akan direncanakan dilaksanakan sore ini. Jum’at 25/07.

Martunis, Selaku Koordinator acara mengatakan, acara ini di prakarsai oleh pemuda pemuda samalaga yang didalamnya terdapat beberapa unsur, yakni seperti Ikatan Pemuda Pelajar Samalanga – Mamplam (IPPSM) Banda Aceh dan Forum Persaudaraan pemuda Pelajar Samalanga (Ikhwanul Fata), Hingga saat ini peserta yang sudah meng komfirmasi kehadirannya lebih kurang sudah 150 pemuda.

Buka puasa bersama ini rencananya digelar di di Cafee Blang Radi Samalanga. Ratusan Pemuda Samalanga dan Mamplam dijadwalkan akan menghadiri kegiatan ini. kegiatan ini adalah wujud kebersaman Pemuda samalanga dan simpang mamplam dalam usahanya menjadi insan pencipta dan pengabdi di di daerah sendiri, Pemuda Samalanga dan Simpang Mamplam adalah kesatuan kekeluargaan yang tidak mungkin dipisahkan, saya berharap dengan buka puasa bersama ini, silaturahim antar pemuda akan semakin terjalin erat," pada acara nantinya juga tuurut dihadirkan beberapa tokoh kepemudaan yang bersal dari samalanga, seperti Mirza Putra Samalanga, SKM dan Ikram Iskandar,  Ujar Martunis.

Mirza Samalanga SKM, yang didampingi Ikram Iskandar selaku ketua IPPSM mengatakan melalui panitia pelaksana, mengapresiasi kegiatan ini. "Sudah saatnya kita bangkit melalui moment buka bersama, mudah-mudahan momentum ini tidak berlalu begitu saja namun bisa melahirkan ide segar baik untuk daerah kita," ujar Mirza Putra mantan wakil ketua Pimpinan Pusat Barisa Muda Mahasiswa Aceh (BM2A).

TIm Publikasi (Ilovesamalanga)

Abu Mudi Samalanga Resmikan Pengajian Tastafi Malaysia

BANDA ACEH - Pimpinan Pondok Pesantren MUDI Mesra Samalanga, Syekh Hasanoel Basri HG yang akrab disapa Abu MUDI, Selasa (22/4) malam meresmikan pengajian warga Aceh di Malaysia. Majelis pengajian itu dinamai pengajian Tastafi Al-Aziziyah.
Tgk.Muhammad Iqbal Jalil, dalam rilis yang dikirim ke Serambi, Selasa (22/4) menyebutkan pengajian tersebut diadakan di Zawiyah Al-Asyi, tempat perkumpulan warga Aceh di kawasan Kajang, Selangor, Malaysia. Sebelumnya, menurut Tgk Muhammad Iqbal Jalil, pengajian itu telah berlangsung selama dua dan dipimpin oleh Ustaz Husni Harun, alumni Darussalamah Al-Aziziyah yang kini menjadi salah seorang dosen di German Malaysia Institut (GMI).
Selama ini peserta pengajian ini merupakan warga Aceh dan mahasiswa Aceh di Universitas Kebangsaan Malaysia (UKM) yang bernaung di bawah Badan Kebajikan Mahasiswa Aceh (Bakadma).
Dewan Pembina pengajian warga Aceh di Malaysia, Dr. Muhammad Sabri, Dosen GMI dalam sambutannya mengatakan, bahwa pengajian kitab jawi adalah warisan endatu yang patut dilestarikan. “Dalam kitab jawi klasik ini terdapat banyak khazanah ilmu, tidak hanya tentang kajian keislaman, tetapi juga di bidang teknologi yang saya tekuni,” katanya yang juga pakar teknik mesin yang telah menyelesaikan program master di Jerman dan program doktor di UKM, Malaysia.
Tausiah Abu MUDI, saat pembukaan pengajian tersebut membahas tentang pentingnya belajar ilmu kepada seorang guru. Ia mengutif Ayat Alquran, “Maka bertanyalah kepada Ahluz zikri (ulama), jika kamu tidak mengetahui.”
Ia juga menjelaskan saat ini pendidikan lewat jalur akademik juga diperlukan untuk menghadapi tantangan global. “Oleh karena itu, saat ini Yayasan Al-Aziziyah telah mengelola pendidikan Islam dari TK hingga Perguruan Tinggi,” ujarnya.
Pengajian warga Aceh di Malaysia disponsori pengusaha Aceh di Malaysia, Tgk Mukhtar Abdullah yang akrab disapa Cek Tar asal Samalanga dan Tgk Musra dari Bireuen. Sementara itu, tempat pengajian ini merupakan waqaf dari Tuan Haji Harahap, pengusaha kaya Malaysia.

Keluarga Raja Samalanga Wakaf Tanah untuk Bireuen

BIREUEN – Keluarga Tun Sri Lanang, Jumat (9/12) mewakafkan 1,5 hektare tanah beserta rumah panggung (bekas istana Tun Sri Lanang) di Kecamatan Samalanga, Bireuen kepada pemkab setempat untuk dijadikan Museum Tun Sri Lanang. Prosesi wakaf itu dilakukan keturunan ke delapan Tun Sri Lanang yaitu Pocut Haslinda bersama beberapa anaknya termasuk Teuku Rafli (mantan suami Tamara Bleszinsky).

Kegiatan itu berlangsung saat keluarga Tun Sri Lanang dan peserta seminar melakukan ziarah ke makam Tun Sri Lanang di Desa Meunasah Lueng, Samalanga. Tanah yang diwakaf itu meliputi 1 hektare di Desa Miduen Jok, Samalanga untuk dibangun perpustakaan Tun Sri Lanang dan sebidang lagi seluas 500 meter yang berada di jalan nasional kawasan Samalanga untuk dibangun Tugu Prasasti Kawasan Wisata Sejarah Melayu Nusantara.

Sementara tim perumus seminar Tun Sri Lanang yang berakhir Kamis (8/12) sore mengharapkan antara lain, situs Tun Sri Lanang di Samalanga sebagai objek wisata dan harus dikembangan dan ditata lebih baik lagi. “Kawasan peninggalan situs Tun Sri Lanang menjadi salah satu tempat wisata sejarah melayu di daerah ini,” kata Akmal S Sos MA, seorang tim perumus seminar itu, kemarin.

Tgk Abdul Aziz Samalanga, Tokoh Pengkaderan Ulama Aceh

Oleh M Adli Abdullah

Jika kita bepergian ke seluruh penjuru tanah Aceh, maka salah satu fenomena yang cukup mengejutkan adalah banyaknya dayah yang memakai kata “Al-Aziziyyah.”  Hari ini jumlah dayah yang memakai nama tersebut sudah mencapai ratusan dan dapat dipastikan santrinya mencapai ribuan orang. Jejaring “Al-Aziziyyah” sudah mencuat, . Karena itu, bagi siapa pun yang memakai Al-Aziziyyah,  dipandang sebagai sebuah keluarga besar masyarakat dayah pada era kontemporer di Aceh.

Tidak banyak yang mengetahui bahwa usaha kaderisasi dayah yang dilakukan oleh Tgk H Abdul Aziz Samalanga  ini telah berhasil menempatkan beberapa alumninya, tidak hanya sebagai ulama, tetapi juga menjadi birokrat dan teknokrat di Aceh. Tentu saja kita harus mencari siapa sosok dibalik kesuksesan pembinaan pengkaderan  dayah di Aceh yang telah tersebar di seluruh penjuru Aceh. Tidak hanya itu, beberapa alumni yang memakai nama “Al Aziziyyah” tersebut  juga tersebar di beberapa negara.

Usaha tersebut ternyata dilakukan oleh seorang ulama kharismatik Aceh yaitu Tgk. H  Abdul Azis. Dari nama beliaulah kemudian muncul laqab al-Aziziyyah. Tidak banyak masyarakat Aceh yang mengenal ulama dari Samalanga ini.  Pada  9 Jumadil Akhir 1434H/20 April 2013 M,  alumni al-Aziziyyah selalu memperingati haul pendiri dayah ulama kharismatik tersebut. 

Bagi warga sekitar, Tgk Abdul Azis lebih dikenal dengan sebutan Abon Mudi Mesra. Sesuai tradisi masyarakat Aceh, mereka lebih senang memperingati hari kewafatan ulama, ketimbang memperingati hari kelahirannya.

Abon Mudi Mesra telah meninggalkan kita selama 24 tahun.  Sepanjang hayatnya Abon telah menyebarkan ilmu  melalui pendidikan dayah. Adapun nama dayah induknya adalah Dayah Mahadal Ulum Diniyah Islamiyah Mesjid Raya (Mudimesra), Samalanga. Ulama besar ini lahir di Kandang Samalanga  pada 1930. Dia adalah putra dari pasangan Tgk Muhammad Saleh dan Tgk Halimah. Menurut cerita, sejak kecil Tgk H Abdul Aziz  telah ditempa ilmu agama oleh  orang tuanya yang juga pimpinan dayah Darul ‘Atiq, Janggot Sungko,  Jeunib. 

Hampir seluruh hidup  Abon tidak dapat dilepaskan dari dunia dayah. Hal ini terbukti, misalnya, pada tahun 1946  Tgk Muhammad Saleh menitip Azis kecil pada temannya Tgk H Hanafiah (Tgk Abi) di Dayah Mahadal Ulum Diniyah Islamiyah Mesjid Raya (Mudimesra) Samalanga. Selanjutnya, pada tahun 1948 pindah ke Dayah Tanjongan di bawah bimbingan Tgk H Idris Tanjongan. Berikutnya, pada tahun 1949 kembali lagi ke Dayah Mudi Mesra Samalanga. Dalam usia yang masih relatif muda,  pada tahun  1951 Azis telah berusia 21 tahun,  melakukan perjalanan intelektual (meudagang) ke dayah Darussalam Labuhan Haji yang dipimpin oleh Teungku Syeikh Muhammad Wali Al Khalidi. 

Menurut sejarah, ketika menuntut ilmu di  Labuhan Haji, Azis memfokuskan diri belajar ilmu mantik, ushul-fiqih, bayan, ma’ani, dan ilmu  lain, langsung di bawah bimbingan Teungku Syeikh Muhammad Wali Al Khalidi. Sehingga Tgk H Abdul Aziz menjadi murid pertama dari Bustanul Muhaqqiqin, sebagai program khusus dari Teungku Syeikh Muhammad Wali Al Khalidi bagi muridnya yang akan menyelesai proses “beut seumeubeut” di dayahnya.  Tgk H Abdul Aziz mendapat  gelar Al Mantiki dari gurunya Teungku Syeikh Muhammad Wali Al Khalidi,  karena  kemampuan daya serap ilmu yang amat tinggi,  khususnya  ilmu-ilmu logika yang dikenal dengan istilah ilmu mantik.

Akhirnya, pada tahun 1958,  Tgk H Abdul Azis pulang ke Samalanga dan menikahi anak gurunya Hj Fatimah binti Hanafiah. Setelah berkeluarga, sebagaimana tradisi dayah sebagai anak muda yang cerdas dan alim,  Abdul Azis  langsung diserahi tugas memimpin dayah. Dalam hal ini,  Tgk H Abdul Aziz  menggantikan  kepemimpinan Dayah Mudi Mesra Samalanga,  karena Tgk  H Hanafiah (Tgk Abi) wafat. Segera setelah memimpin tampuk dayah Tgk H Abdul Aziz. sangat  waswas terhadap kondisi masyarakat Aceh yang terus didera konflik. Bahkan banyak ulama menjadi korban, sejak masa perang dengan Belanda, Jepang, perang kemerdekaan, konflik sosial, sampai dengan pemberontakan DI/TII. Salah satu program Tgk H Abdul Azis  adalah mendidik kader-kader ulama Aceh untuk menghidupkan kembali dayah dayah di Aceh yang telah banyak telantar dan selalu mengingatkan muridnya untuk “beut dan seumeubeut” agar keberadaan dayah sebagai “polisi moral” dalam masyarakat tetap terpelihara.  Tgk H Abdul Aziz kemudian   menuntut muridnya disiplin belajar dan tidak diizinkan nyantri sambil bersekolah, karena akan menggangu proses “beut seumeubeut” di dayah. Tgk H Abdul Aziz. sangat mengharapkan murid muridnya pada saat kembali ke kampung masing masing,  minimal  dapat mendirikan “balee seumeubeut”.  Kini, dia  telah meninggalkan murid-muridnya 24 tahun yang lalu, namun  dayah-dayah salafi tumbuh bagai jamur di Aceh. Itu sebabnya,  tidak mengherankan jika kita sering menemukan kata   “Al-Aziziyyah” di belakang nama dayah yang didirikan oleh  murid muridnya. Menurut laporan database  alumni, lebih dari 217 dayah “Al Aziziyyah” bertebaran di seluruh Aceh dan luar Aceh.

Disamping Tgk H Abdul Aziz berkonsentrasi dalam program pengkaderan ulama Aceh, dia    juga memberikan contoh yang baik bagi murid muridnya untuk  peduli terhadap lingkungan, sehingga ada “kepekaan sosial” dalam hidup bermasyarakat. Makanya Tgk H Abdul Aziz proaktif dalam kegiatan sosial ekonomi masyarakat seperti memprakarsai penggarapan sawah telantar di kawasan Samalanga, dan pembangunan jalan menuju kebun kebun rakyat  Glee Meundong Samalanga.

Pada tahun 1981,  Tgk H Abdul Aziz  juga pernah ditahan bersama Tgk H Dahlan Mns Subung Samalanga, Tgk H syakwab Kp Baru Samalanga,  Tgk H Djalaluddin (adik iparnya),  karena dituduh turut membantu Hasan Tiro dan Gerakan Aceh Mardeka yang yang pada saat itu dikenal dengan GPLHT (Gerakan Pengacau Liar Hasan Tiro). Namun kemudian Tgk H Abdul Aziz dilepaskan setelah dipaksa mendukung  kemenangan Golkar di Aceh.

Cerita ini memperlihatkan bagaimana penguasa menjadikan ulama Aceh sebagai bagian dari alat propaganda pemerintah, baik dalam menyukseskan kemenangan partai politik tertentu maupun menyukseskan  program-program pemerintah yang memerlukan “stempel” dari ulama.

Pada tanggal 9 Jumadil Akhir 1409 H/17 Januari  1989 M, Tgk H Abdul Aziz  kembali keharibaan-Nya dalam usia 58 tahun, dengan meninggalkan empat orang anak, yaitu  Hj Shalihah, Hj Suwaibah (alm), Syarwani (alm),  H Athaillah, dan Hj Mashithah.  Tgk H Abdul Aziz   berpesan kepada murid muridnya serta masyarakat Aceh untuk tetap menjaga ahlusunnah waljamaah sebagaimana diwariskan oleh ulama ulama Sunni  sejak zaman kerajaan Aceh. Sepeninggal Tgk H Abdul Azis,  kepemimpinan  Dayah Mahadal Ulum Diniyah Islamiyah dipercayakan kepada Tgk Syeikh H Hasanul Basri HG yang sekarang dikenal dengan panggilan “Abu Mudi”

Akan tetapi,  terlalu singkat waktu  bagi kita untuk mengetahui biografi Tgk H Abdul Aziz yang telah meninggalkan kita hampir seperempat abad. Namun,   karyanya  melalui pengkaderan ulama telah menunjukkan hasil yang amat membanggakan. Hari ini, murid dan santri yang pernah belajar langsung pada Tgk H Abdul Aziz juga telah menjadi ulama kharismatik di Aceh. Agaknya tidak berlebihan jika Tgk H Abdul Aziz  ini dianugerahi  gelar sebagai tokoh  pembaharu pengembangan dunia dayah di Aceh. Inilah sebutan yang paling pantas bagi Tgk H Abdul Aziz setelah setengah abad  mencurahkan waktu, tenaga, dan pikirannya untuk menerangi umat. 

* Penulis adalah dosen fakultas hukum Unsyiah, dan pembina dayah Najmul Hidayah al Aziziyah Mns Subung Cot Meurak Samalanga. Email: bawarith@gmail.com

MUDI Mesra Samalanga, Mendobrak Tradisi Dayah Aceh

KELUAR dari tradisi yang sudah mengakar di lingkungan dayah di Aceh, tentu bukan perkara mudah. Tetapi, tidak juga susah untuk dilakukan oleh Ma’had Ulum Diniyah Islamiyah Mesjid Raya (MUDI Mesra) Samalanga.
Di bawah kepemimpinan Tgk. H. Hasanul Basri (Abu Mudi) Dayah ini melakukan banyak terobosan dan perubahan signifikan menyambut tantangan era globalisasi. Salah satu yang mengejutkan, pada tahun 2001 didirikan Sekolah Tinggi Agama Islam Al-’Aziziyah (STAIA). Kebijakan Abu Mudi tersebut, sempat mengundang kontroversial besar di antara alumni MUDI dan dayah-dayah lain di Aceh.
Namun, dalam perjalanannya, Dayah ini tetap mempertahankan tradisi dayah sekaligus menerapkan manajemen modern secara institutional. Kehadiran STAIA ketika itu, tentu sebuah kejutan yang mendobrak tradisi pendidikan dayah di Aceh yang berkurikulum kitab kuning dan tidak menganggap penting gelar kesarjanaan umum.
 Sejarah
Dayah MUDI Mesra berada di Desa Mideuen Jok, Kemukiman Mesjid Raya Samalanga, Bireuen, merupakan salah satu dayah salafiyah tertua di Aceh maupun Asia Tenggara.
Dayah ini sudah berdiri sejak masa Sultan Iskandar Muda. Namun, baru sekitar tahun 1927 dayah tersebut berkembang saat dipimpin oleh Al-Mukarram Tgk H Syihabuddin Bin Idris.
Saat dipimpin Tgk H Syihabuddin bin Idris, jumlah santri di Dayah tersebut sebanyak 100 orang putra dan 50 orang putri. Mereka diasuh oleh 5 orang tenaga pengajar lelaki dan dua guru putri. Saat itu, asrama tempat menginap santri hanyalah barak-barak darurat yang dibuat dari bambu dan rumbia. Setelah Tgk H Syihabuddin Bin Idris wafat tahun 1935, dayah MUDI Mesjid Raya dipimpin oleh adik iparnya, Al-Mukarram Tgk H Hanafiah bin Abbas atau lebih dikenal dangan gelar Tgk Abi. Jumlah santri saat itu, mulai meningkat menjadi 150 orang santri putra dan 50 orang putri.
Pada masa kepemimpinan Tgk Abi, pimpinan dayah pernah diwakilkan kepada Tgk M Shaleh selama dua tahun ketika Tgk Abi berangkat ke Mekkah untuk menunaikan ibadah haji dan memperdalam ilmu agama.
Setelah almarhum Tgk H Hanafiah wafat (1964) dayah tersebut dipimpin oleh salah seorang menantunya, yaitu Tgk H Abdul Aziz Bin Tgk M Shaleh. Almukarram yang dipanggil dengan Abon yang bergelar Al-Mantiqiy ini adalah murid dari Abuya Muda Wali pimpinan Dayah Bustanul Muhaqqiqien Darussalam, Labuhan Haji, Aceh Selatan.
Semenjak kepemimpinan Tgk H Abdul Aziz, Dayah MUDI mengalami kemajuan. Santri yang mondok tidak hanya datang dari Aceh melainkan dari wilayah lain di Sumatera. Barak-barak santri mulai dibangun permanen.
Setelah Tgk H Abdul ‘Aziz Bin M Shaleh wafat tahun 1989, pergantian kepemimpinan dayah ini dilakukan dengan cara musyawarah alumni dan masyarakat. Melalui berbagai pertimbangan, alumni mempercayakan dayah kepada salah seorang menantu Tgk H Abdul Aziz yaitu Tgk H Hasanoel Bashry Bin H Gadeng yang kini akrab disapa Abu MUDI. Ia adalah santri lulusan dayah tersebut yang sudah berpengalaman mengelola kepemimpinan dayah semasa Abon Aziz sakit.
Sejak 1989, dayah tersebut dipimpin Abu MUDI dan mengalami kemajuan cukup pesat. Saat ini, tercatat ada 6.500 santri yang belajar di Dayah ini. Para santri tidak hanya dari Aceh, melainkan datang dari Pulau Jawa, Malaysia, Brunai Darussalam, Singapura, dan Australia. 

27 Ramadhan Bukber Aneuk Samalanga - Mamplam

Buka puasa aneuk samalanga rencana akan di adakan pada ramadhan ke 27 tepatnya tanggal 25 Juli 2014 yang bertepat di Cafee Blang Raya.

yang ingin bergabung bisa menghubungi no contak person: 0852 7611 7323 (Martunis), 0852 0628 4444 (Ikram), 0853 7244 8383 (Bayu Rakanda, S.Pd.I), 0852 6071 7323 (Mirza Putra, SKM), 0852 7779 9760 (Taufiqurrahman).

Publikasi: Tim Ilove Samalanga

Rujak Batee Iliek Samalanga Masuk Kuliner Khas Aceh

Melakukan wisata di Aceh pastinya tidak akan lengkap tanpa menikmati kuliner khas Aceh. Beragam makanan nikmat dan unik yang menjadi khas daerah Aceh. Di bawah ini ada 10 makanan tradisional Aceh yang wajib Anda coba.
1.    Manisan pala
Kuliner Khas Aceh, Makanan Tradisional Aceh
Manisan pala merupakan jenis camilan yang berbahan manisan buah-buahan. Pembuatan manisan pala sangat mudah. Kabupaten Aceh Selatan merupakan tempat penghasil pala terbesar di Aceh. Kuliner khas Aceh ini dapat diolah jadi manisan dan sirup, juga dapat diolah menjadi minyak pala yang dapat mengatasi luka. Kini, jenis kue dan kembang gula sudah diolah.
2.    Sanger
Kuliner Khas Aceh, Makanan Tradisional Aceh
Sanger merupakan sejenis minuman yang hanya terdapat di Aceh. Sanger atau dinamakan kopi sanger ini mirip dengan capucino. Namun dari rasanya, kopi sanger ini mempunyai rasa yang sangat khas dan beda dari rasa kopi lainnya.
3.    Lepat
Kuliner Khas Aceh, Makanan Tradisional Aceh
Lepat merupakan makanan tradisional Aceh yang berbahan tepung ketan dengan isi gula merah sampai kalis, lalu di bungkus dengan memakai daun pisang, untuk bagian tengahnya akan ada kelapa parut yang sudah di gongseng dengan gula. Biasanya dihidangkan pada perayaan tertentu.
4.    Rujak Aceh Samalanga
Kuliner Khas Aceh, Makanan Tradisional Aceh
Rujak Aceh Samalanga dinamakan karena rujak Aceh yang satu ini hanya ada di Samalanga yang menjadi salah satu nama kecamatan di kabupaten Bireuen. Dengan rasa unik, bahannya dari buah mangga, pepaya, kedondong, bengkuang, jambu air, nenas, dan timun. Bumbu yang digunakan garam, cabe rawet, asam jawa, gula merah, kacang tanah dan pisang batu dan rumbia.
5.    Keumamah
Kuliner Khas Aceh, Makanan Tradisional Aceh
Keumamah atau dinamakan Ikan kayu adalah makanan tradisional Aceh yang paling banyak disukai oleh masyarakat Aceh. Selain dengan rasa yang lezat dan unik, ikan ini berbahan dari ikan tuna yang sudah direbus, lalu dikeringkan dan diiris-iris kecil.
Biasa diolah dengan santan kelapa, kentang, cabai hijau dan lainnya. Ikan kayu ini dapat menjadi oleh-oleh. Dulu, selama perang Aceh dengan Belanda di hutan, jenis makanan ini selalu menjadi makanan yang dibawa dan diolah. Nama lain kuliner khas Aceh ini yakni katshiobushi.


Foto: Masjid Samalanga, Aceh Tahun 1880-1910

Masjid-masjid yang dikenal sebagai maskot umat Islam di masing-masing kotanya.

Follow Twitter Kami: @Ilove_samalanga
Kirim foto aktivitas masyarakat di gampng anda ke email kami: ilovesamalanga@gmail.com

STAI Al-Aziziyah Samalanga Resmi Berubah Status Menjadi IAI

Presentasi alih status IAI Al-Aziziyah di Ruang Sidang Kementerian Agama RI di Jakarta, Senin (7/7/2014).
Samalanga - Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Al-Aziziyah Samalanga, Bireuen, resmi berubah status menjadi Institut Agama Islam (IAI) Al-Aziziyah, setelah disahkan oleh Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI melalui SK Nomor 3776 Tahun 2014.
Serah terima SK persetujuan alih status berlangsung di Ruang Sidang Kementerian Agama RI di Jakarta, Senin (7/7/2014) yang dihadiri oleh Rektor Institut Agama Islam Al-Aziziyah Samalanga Dr Tgk Muntasir MA.
Bersamaan dengan persetujuan alih Status IAI Al-Aziziyah Samalanga, juga ada empat perguruan tinggi lain di Jawa Timur dan Sumatera Barat yang berubah statusnya.
Tgk Muntasir dalam siaran presnya menyebutkan, alih status IAI Al-Aziziyah merupakan cita-cita perintis STAI Al-Aziziyah (Abu Syeikh Hasanoel Bashri/Abu MUDI) dalam mewujudkan integrasi keilmuan dalam melahirkan intelektual berbasis dayah.
Dalam kesempatan tersebut, ikut disahkan 3 fakultas IAI Al-Aziziyah Samalanga, yakni Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam dengan Program Studi (Prodi) Syariah Ahwal Al-Syakhsyiyyah dan Prodi Ekonomi Islam. Fakultas  Tarbiyah dengan tiga Prodi, Pendidikan Agama Islam, Manajemen pendidikan Islam dan Pendidikan Bahasa Arab serta Fakultas Dakwah dengan Prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam.
Tgk Muntasir dalam rilisnya juga mengucapkan terimakasih atas pertisipasi berbagai pihak dalam menyukseskan alih status IAI Al-Aziziyah. “Terimakasih kami ucapkan kepada pihak Yayasan Pendidikan Islam Al-Aziziyah, Pemerintah Kabupaten Bireuen, Pemerintah Aceh, Kanwil Kemenag Aceh, Kopertais Wilayah V Aceh dan berbagai pihak lainnya yang telah berkontribusi,” demikian Tgk Muntasir. '
Follow Twitter Kami: @Ilove_samalanga

Kanji Samalanga, Menu Spesial Berbuka Puasa

Bagi masyarakat wilayah barat Kota Bireuen, masakan kanji rumbi tak asing lagi. Apalagi setiap bulan Ramadhan, ia selalu menjadi hidangan utama bagi masyarakat kawasan Samalanga saat berbuka puasa, baik di rumah, meunasah maupun masjid. 

Masakan kanji rumbi yang menjadi tradisi selama puasa Ramadhan ini hanya bisa dijumpai di tempat tertentu, Misalnya seperti di Samalanga.
Selain untuk mengenyangkan, kanji rumbi berkhasiat sebagai obat pengusir angin dalam tubuh, karena ia terbuat dari campuran repah-rempah, beras dan sayur-sayuran.
Tradisi memasak kanji di samlanga dilakukan secara bergotong royong. Sistem kerja dan bahan-bahan yang diperlukan dikumpulkan secara bersama-sama oleh petuah gampong dari rumah-rumah penduduk.
Setidaknya, setiap hari ada lima hingga tujuh kepala keluarga yang menyumbang berbagai bahan membuat kanji rumbi di meunasah masing masing desa yang ada di Samalanga. Umumnya, untuk sekali masak menghabiskan dana lebih urang Rp 400 ribu.
Cara Membuatnya
Langkah utama, adonan kanji rumbi terdiri dari beras, santan kelapa, sayuran, bumbu dan rempah yang disatukan dalam sebuah kuali besar.
Menurutnya, bahan bahan yang diperlukan untuk kanji diantaranya bawang merah, bawang putih, jahe, lada, jeuramaneh, cengkeh, gapu naga, bungong lawang kleng, udang, kulit manis, serai, daun pandan wangi, daun teumeuruy, kelapa, garam, minyak makan, daun sop dan daging kalau diperlukan.
Beras itu dimasak bersama dengan bumbu kemudian ditambahkan sayuran dan penyedap. Waktu yang dibutuhkan memasak kanji dua hingga tiga jam. Setelah masak warga diminta membawa wadah untuk hidangan berbuka puasa di rumah. Sedangkan sisanya dinikmati dalam acara buka puasa bersama di masjid.

Sebuah Tradisi

Di kawasan Samalanga, tradisi berbuka puasa dengan kanji rumbi masih cukup kental seperti halnya di Desa Keudee Aceh, Pante Rheng, Sansoe, Lancok serta sejumlah gampong lainnya.
penganan khas berbuka puasa kanji rumbi bagi warga Samalanga sudah turun temurun setiap Ramadhan hingga puasa enam.
Kanji itu dimasak di meunasah dalam satu kuali besar cukup untuk kebutuhan berbuka warga. Pekerjaan memasak kanji rumbi setiap hari bulan ramadhan merupakan rangkaian ibadah dilakukan seorang ahli masak tanpa dipungut biaya.
Menjelang berbuka, setiap warga membawa rantang guna mengambil sendiri kanji rumbi di meunasah, guna dibawa pulang sebagai penganan berbuka puasa di rumah bersama keluarganya.
Kanji rumbi yang dimasak tetap cukup untuk warga se-kampung. Dan inilah sebuah kelebihan hikmah dari bulan Ramadhan, bulan penuh ampunan dan bulan penuh berkah bagi orang-orang yang melaksanakan puasa dengan ikhlas serta suka bersedekah. (harianaceh)



Alat Kanji Samalanga

Kanji Samalanga

Bahan Dasar :
- ¼ kg beras (breuh)
- 3 ons udang yg sudah dikupas kulitnya (asoe udeung)
- Santan encer dari ½ butir kelapa (santan cae dari siblah u)
Bumbu-Bumbu yg digiling halus (peh beuhaloh)
- 1 sdm ketumbar (aweuh)
- 1 sdt merica (lada)
- 1 sdt adas manis (jeura maneh)
- 8 siung (ulah seudang) bawang merah
- 4 siung (ulah seudang) bawang putih
- ½ ruas jari jahe (halia)
- ½ biji pala
- ½ ruas kunyit (kunyet)
Bahan untuk tumis
- 2 siung Bawang merah
- 1 batang sere (rheue)
- 1 lembar daun pandan
- 10 lembar daun temeurui
- 3 biji kapulaga
- 1 ruas jari kayu manis (kulet maneh)
- 5 biji cengkeh (bungong lawang)
- 3 biji lawang kleng

Cara :
1.  Tumis bawang merah beserta teman setumisannya hingga bawang kecoklat-coklatan,
2. Setelah itu masukkan bumbu yg sudah dihaluskan sampai mengeluarkan aroma rempah,
3.  Kemudian masukkan beras yg sudah dicuci bersiiih lalu di aduk (woet2) sampai beras benar2 kembang (kecilkan api untuk mengembangkan beras),
4.  Jika beras sudah betul2 kembang baru masukkan santan encer tunggu sampai santang mendidih sekitar 10 menit baru matikan apinya.
5.   Kanji siap dihidangkan boleh tambahkan bawang goring (tergantung selera).

Daun Teumurui boleh ditambah lagi sekitar 10 lembar tanpa ditumis .

Kanji Samalanga tidak kental bisa dihirup (jep kanji)

Pasukan Pelopor Keselamatan Berlalu lintas Samalanga


Pasukan pelopor keselamatan berlalu lintas di samalanga, foto ini di ambil di SMA Negeri 1 Samalanga, oleh rakan Ilove Samalanga yang ada di SMA N 1 Samalanga, bertepatan dengan kedatangan kapolda Aceh ke Samalanga.

Follow Twitter kami: @ilove_samalanga

Kerajinan Ukiran Kayu di Samalanga

Foto di Ambil Oleh Arul Mirza Dealova
Sejarah Kerajinan Ukiran Kayu, Seperti halnya jenis kerajinan lain,kerajinan ukiran kayu mulai ada sejalan dengan perkembangan unsur-unsur seni daerah Samalanga, yaitu seiring dengan tersebarnya agama Islam di Indonesia. Dalam perkembangannya dari masa ke masa, kemudian mendapat pengaruh yang sangat kuat dari sisitem  tempatan.

Jenis ukiran kayu sebenarnya sudah dikenal di Samalanga sejak ratusan tahun yang lalu, yaitu sejak pemerintahan raja-raja dengaan para pengukir tempatan, Pada zaman itu ukiran kayu dijadikan sebagai bagian dari aksesoris bangunan rumah atau pun balai. Meskipun demikian, tidak semua bangunan rumah memiliki ukiran, terbatas pada istana-istana raja pada dulu kalanya, rumah para pembesar kerajaan atau para datuk-datuk bangsawan kerajaan. Disamping untuk keperluan bangunan, ukiran juga dipergunakan pada perahu atau sampan, mesjid, tiang nisan, jembatan dll.

Seni ini disamalanga masih berkembang pesat, salah satunya di desa tanjongan kecamatan Samalanga. (Tim Ilove Samalanga)


Bersafari Ramadhan ke Mesjid Tua Kuta Blang Samalanga

Safari Ramadhan Pemkab Bireuen berkunjung ke mesjid tua Kuta Blang, Gampong Lhokseumira, Kecamatan Samalanga, Sabtu (5/7/2014) malam.
Tim Safari Ramadhan yang dikoordinir Kadis Perindagkop dan UKM Bireuen,  Darwanyah, SE tersebut antara lain dihadiri Direktur RSUD dr Fauziah dr Mukhtar Mars, Kadishub Rden Yus Rusmadi, ST, anggota DPRK Ir Askari, Kadisnaker M. Akmal, S.Sos, MA, Kadis Pendidikan dan Kebuidayaan Drs Nasrul Yulainsyah, M.Pd, Kabag Kesra dan Keistimewaan Aceh Said Abdurrahman, S.Sos. Kepala Badan Kesbangpol Drs Sulaiman Aziz MM, Tgk Hamdani dari Dinas Syari’at Islam dan sejumlah Kadis lainnya turut didampingi unsur Muspika Kecamatan Samalanga.
Kunjungan kedua tim itu diwali berbuka puasa bersama masyarakat setempat, shalat magrib, Isya, tarawih dan witir berjamaah, ceramah Ramadhan dan penyerahan bungong jaroebantuan dana Pemkab untuk mesjid-mesjid yang dikunjungi masing-masing Imum Chiek mesjid menerima bantuan Rp5 juta.
Sudah menjadi suatu tradisi dalam kehidupan masyarakat Aceh, semangat kebersamaan dan gotong royong  menyajikan pengamanan berbuka puasa menyambut tamu di bulan suci Ramadhan yang masih sangat kental serta menjadi suatu kebahagiaan tersendiri.
Lebih spesifik lagi buka puasa di mesjid tua Kuta Blang Gampong Lhokseumira Kecamatan Samalanga, masyarakat di sana bergotong menyembelih kambing atau domba. Mereka memasak kuah beulangong dan kanji rumbi sebagai pengamanan berbuka puasa bagi tim Safari Ramadhan Pemkab Bireuen.
Amatan KoranBireuen, Mesjid Kuta Blang yang dibangun tahun 1901 atau abad ke-19 silam, sudah berusia satu abad lebih. Mesjid tersebut berarsitektur warisan Melayu yang merupakan sebuah mesjid tua mungil dan indah, masih terawat baik dan bersih.
Bangunan Mesjid Kuta Blang dikelilingi areal sawah yang membentang luas, tampaknya kecil mungil. Tapi, mampu menampung sekitar seribu jamaah di bagian ruangan dalam dan teras mesjid.
Keberadaan mesjid di Aceh dan negeri Samalanga sebagai simbol Islam yang masih tetap utuhmerupakan warisan turun-temurun di masa kesulthanan Melayu yang  banyak mewariskan situs. Khususnya mesjid, seperti mesjid Kuta Blang, meski sudah berusia satu abad lebih, masih berdiri utuh sebagai rumah ibadah bagi umat Islam.
Sumber; KoranBireuen

Istana Batik di Samalanga

Foto Tim Ilove Samalanga
ISTANA BATIK Menawarkan Aneka Produk Baju Batik Motif klasik dan Modern Berkualitas Dengan Harga Murah. ISTANA BATIK merupakan toko batik satu satunya di samalanga, Mereka menjual aneka produk kerajinan batik Solo modern. Harga produk Batikbumi.com sangat terjangkau dengan fariasi model baju batik yang selalu mengikuti trend fashion terbaru. Dengan kekayaan ragam motif batik dan aneka model baju batik yang tak terbatas, Anda akan tampil lebih percaya diri. ISTANA BATIK hadir memenuhi kebutuhan dari baju daster batik, kaos batik, baju batik gaul, baju muslim batik dan masih banyak yang lainnya.

Alamad kami, Jln. Rel Kereta Api samalanga, Kec. Samalanga, Kabupaten Bireuen. (Tim Ilove Samalanga)



Bouh Timon Tewan Bak Pasai Samalanga

Harga mulai dari 10.000 S.d 20.000. Foto: Mirza
Anda bisa dapatkan buah semangka di pasar samalanga, lokasi penjualnya di depan toko aneka ragam samalanga.

(Tim Ilove Samalanga)

Bupati Bireuen Besok Malam Akan Kunjungi Mesjid Kutablang Samalanga

Foto: Mesjid Jen
Bupati Bireuen telah mengeluarkan Surat Keputusan Nomor 441 Tahun 2014 tanggal 23 Juni tentang Pembentukan Panitia Pelaksana Kegiatan Safari Ramadhan.
17 masjid yang akan dikunjungi oleh Bupati Bireuen bersama Tim Safari Ramadhan kali ini salah satunya yakni mesjid Jami'k Kutablang Samalanga.
Menurut informasi yang diterima oleh Tim Ilovesamalanga Sabtu besok (05 Juli 2014) rombongan Bupati Bireuen akan tiba di komplek mesjid Kutablang sebelum waktu buka puasa tiba, dijadwalkan rombongan dari pemeritahan Bireuen akan buka puasa bersama masyarakat setempat. (Tim Ilovesamalanga)

Follow twitter kami: @ilove_samalanga



Riwayat Hidup Tgk. Delapan Dalam Melawan Imprealisme Belanda

Oleh: Mirza Putra Samalanga
Pada hakikatnya suatu peristiwa merupakan pencerminan dari pribadi para pemimpin dan pendidik yang mencetuskannya. Diamana seluruh rakyat ikut serta dalam mendampingi mereka dengan semangat persatuan dan kesatuan, serta keyakinan.
Adapun nama nama dari Tgk. Delapan adalah: Tgk. Panglima Prang Rayeuk yang berasal dari Jurong Binjee, Tgk. Muda Lem (Mamplam), Tgk. Nyak  Bale Ishaq (Blang Manee), Tgk. Meureudu (Tambue), Tgk. Balee (Tambue), Apa Syeh (lancok Mamplam), Muhammad Sabi (Blang Teumulek) dan Nyak Ben Matang Salem (Blang Teumulek).
Riwayat Hidup Tgk. Panglima Prang Rayeuk (Jurong Binjee).
 Tgk.  Panglima Prang Rayeuk nama aslinya adalah Tgk. Nyak Muda Arif, karna pada masa itu beliau menjabat sebagai panglima di Samalanga, ia mempunyai 16 bersaudara dengan 5 orang ibu yang pertama bernama nyak Ili. Sedangkan yang lain ibu semua laki-laki hanya satu orang yang perempuan yang ibunya bernama Nyak Mayak Alun, Sedangkan yang 15 orang lagi yaitu: Tgk.  Nyak leube, Tgk. Ben Galang atau dengan nama lain Tgk. Nyak Kuta, Tgk. Panglima Prang rayeuk (Tgk. Muda Arif), Tgk. Ajat, Tgk. Nyak Meureudu (Tgk. Di Blang Mane), Tgk. Bineh Lung (Panglima Prang Adek), Tgk. Ben Ganda, tgk. Ben Pawoh, Tgk. Muda Tahe yang mana kuburannya berada di Bayuwangi karna beliau dibuang oleh Belanda, tgk. Nyak Beulangong Basah, Tgk. Muda Dalam, Tgk. Nyak Basa, Tgk. Nyak Aceh, Tgk. Nyak Sada dan Tgk. Muda Cut (panglima prang tulot gugur belum berkeluarga, seluruh harta kekayaannya pada masa itu diwakafkan), sedangkan yang perempuan bernama Cut Mayak Alun (Nek Medan).
Tgk. Panglima Prang rayeuk kawin dengan familinya dan kedelapan mereka mempunyai hubungan yang erat antara yang satu dengan yang lain.
Riwayat Hidup Tgk. Muda Lem (mamplam)
Tgk. Muda Lem nama asinya adalah Tgk. Malem, ia merupakan anak keturunan ulama, ia suka membangun rumah  rumah ibadah. Pendidikan agama yang ditanam dalam jiwanya terutama ditempat kelahirannya sendiri membuat ia tidak saja memenuhi harapan ayahnya, tetapi lebih dari itu telah menjadi  seorang ulama besar yang cukup dikenal di daerah samalanga, jalan kehidupan yang beliau jalani tidak sampai disitu saja, bahkan ia dipanggil untuk berperang pada saat peperangan yang terjadi di Aceh.
Dengan demikian ia bukan hanya sebagai ulama yang menjadi panutan masyarakat, bahkan ia juga sebagai panglima perang. Tentunya ia dengan sangat mudah mengajak murid muridnya  dan masyarakat setempat untuk melawan serdadu belanda di daerah Samalanga selama 20 tahun.
Riwayat Hidup Tgk. Nyak Balee Ishak (Blang Manee)
Tgk. Nyak Ishak lebih dikenal dengan nama Tgk. Majid Ahmad Ishak. Ia juga seorang anak terkemuka yang membangun dan membina pesantren Blang Mane.
Dalam masa pusat pemerintahan dipindahkan ke Blang Teumeulek dan disanapun ia tetap meneruskan perjuangan untuk mempertahankan Samalanga bersama pasukannya sebelum ia menjabat sebagai orang yang mempunyai kedudukan penting dalam daerah Ulee Balang samalanga ia sebagai hakim tinggi diangkat pada masa itu.
Riwayat Hidup Tgk. Meureudu (Tambue)
Tgk. Meureudu adalah nama  yang diberi gelar oleh masyarakat, karena ia bersama keluarganya menetap di Tambue.
Sbelum peperangan terjadi dia adalah seorang ulama dan keturunan bangsawan. Tidak berapa lama setelah perang Aceh meletus ia meninggalkan tugasnya sebagai pimpinan pesantren kemudian  terjun ke medan pertempuran. Semenjak itu hidupnya dikorbankan untuk memenuhi panggilan suci yaitu peran dijalan ALLAH ia bergeleriya dengan anak dan istrinya beserta dengan pengikutnya yang bersedia ikut serta dalam melakukan perlawanan menyerang Belanda.
Pada bulan desember tahun 1894, sebagai tahap peperangan ia bersama kawan- kawannya menggerakkan 500 orang prajurit untuk menyerang pasukan Belanda, kebetulan pada masa itu pertempuran sedang terjadi di daerah Tambue.
Riwayah Hidup Tgk. Balee (Tambue)
Tgk. Balee juga salah satu putra Samalanga yang bertempat tinggal di Tambue, disebut Tgk. Bale karena pada masa peperangan kebetulan istrinya telah meninggal, ia tinggal dengan beberapa anaknya, Sampai peperangan berkobar di Tambue, ia belum pernah berkeluarga dengan wanita lain ia tetap memilih untuk hidup menduda, yang disebut dalam bahasa Aceh “Balee” artinya duda belum kawin. Tgk. Balee bersama kawan-kawannya yang lain ikut  berperang melawan Belanda.
Riwayat Hidup Apa Syeh (lancok Mamplam)
Nama Apa Syeh merupakan sebuah gelar yang di berikan oleh masyarakat dikarnakan ia adalah seorang seniman dalam bidang seni suara Syeh Rukon Agama, dia lahir dalam kalangan rakyat biasa bukan dari keturunan ulee balang, semasa ia masih remaja ia selalu bergaul dengan kawan kawannya dalam belajar ilmu agama.
Didalam pertempura ia selalu ikut demi membela agama dan Negara, yaitu swewaktu terjadi pertempuran di Tambue. Keluarga dan familinya sekarang masih dikenal dan bertempat tinggal di lancok Maplam Samalanga.
Riwayat Hidup Tgk. Muhammad Sabi dan tgk. Nyak ben matang Salem (Blang Tumuleik)
Tgk. Muhammad Sabi dan tgk. Nyak ben matang Salem keduanya adalah penduduk desa Blang Tumeleik bersaudara sepupu, meraka turun dalam kancah pertempuran waktu melawan Belanda. Mereka bukan berasa dari keluarga terpandang , ia hanya rakya biasa yang selalu bergaul dengan kawan kawannya didalam peperangan.
Demikian riwayat hidup Tgk. Delapan, Kuburan kedepan mereka ada di Cot Batee Geulungku Kecamatan mamplam yang dulunya masih termasuk kedalam wilayah Samalanga.


Dokumenter Tarian Sufi Aceh Rabbani Wahed

Film Tarian Sufi Aceh sudah diluncurkan pada tanggal 22 Oktober 2012 di kampus IAIN Ar-Raniry yang hari ini sudah berubah menjadi UIN, yang di fasilitator oleh salah seorang dosen IAIN Dr Syamsul Rizal MA.
Film ini disutradarai oleh sutradara muda yakni Azhari dan Mirza Putra Abkhas, mereka mencoba mengangkat Tarian Sufi Aceh sebagai salah satu bukti dukungan dalam membantu program pemerintah.
Acara itu turut mengundang kalangan Sutradara, Produser, Instansi Pemerintahan, aktivis, akademisi dan masyarakat umum lainnya,” kata Mirza Putra melalui rilis yang diterima The Atjeh Post.
Untuk selanjutnya film yang berisi penuh semangat dan dobrakan untuk  kesenian ini, tidak hanya diputar di Banda Aceh. Namun akan diputar juga di kota kota lainnya. Dalam implementasinya, film ini juga akan diputar di lembaga seni sekolah-sekolah, dan universitas di Indonesia khususnya di Aceh.
Dia menharapkan dengan launchingnya film itu,diharapkan akan banyak lagi masyarakat di indonesia yang tergerak hatinya untuk turut serta dalam melestarikan kesenian yang ada di daerah kita.
“Film ini memperlihatkan realitas miris yang selama ini tersembunyikan dari wajah kita. Sebuah potret kehidupan dari sejumlah orang biasa dengan segala problematikanya di sebuah kehidupan terpencil yang nyaris tak terjangkau,” ujarnya.

Rujak Betee Iliek Samalanga

Rujak Aceh Samalanga merupakan makanan kuliner yang ada di Kabupaten Bireuen, tepatnya di kecamatan Samalanga. Rujak Aceh Samalanga merupakan kuliner terfavorit di Bireuen, rujak Batee Iliek samalanga bisa anda dapatkan di jamboe ie tubee cot bate gelungku dan di kawawan wisata bate iliek sendiri. Rujak Aceh ini dijual dari pukul 11:00 WIB hingga pukul 22:00 WIB.
Keistimewaannya terletak pada cita rasanya yang asam, manis dan pedas. Bahan-bahan yang digunakan relatif sama seperti pembuatan rujak pada umumnya, yang terdiri dari buah mangga, pepaya, kedondong, bengkuang, jambu air, nenas, dan timun, namun bumbu-bumbu yang digunakan, memiliki ciri khas tersendiri seperti garam, cabe rawet, asam jawa, gula aren (merah) yang cair, kacang tanah dan pisang monyet (pisang batu). Selain itu cara pembuatannya juga menarik, di atas tempat ulekan yang besar, yang terbuat dari kayu jati yang didatangkan dari Kecamatan Samalanga, Kabupaten Bireuen.
Ketrampilan mengolah rujak sangat menarik untuk dilihat. Rujak Aceh Samalanga sekali dibuat di dalam tempat ulekan yang besar itu adalah untuk 50 porsi. Dalam sehari ia biasanya membuat hingga tujuh kali, pada hari Minggu, ia membuat hingga sepuluh kali.
Cara penyajiannya dilakukan dengan dua cara, yaitu pertama ditaruh di dalam piring dan yang kedua ditaruh di atas daun pisang. Pembeli yang makan di warung, biasanya disediakan di dalam piring, sedangkan yang akan dibawa pulang, biasanya dibungkus dengan daun pisang atau dibungkus kertas yang di dalamnya sudah dilapisi daun pisang.
Harga per porsinya sebesar Rp. 5.000,00 hingga Rp. 10.000,00. Rujak yang dibungkus lebih banyak porsinya dari pada yang di dalam piring.
Rujak ini anda juga bisa dapatkan di daerah daearah lain seperti, Banda Aceh dan Medan.|MIRZA PUTRA


like

Popular Posts

Label