background img

The New Stuff

Jadwal Baru Siaran Radio Streaming MUDI Mesra Samalanga

SAMALANGA - Dengan semakin berkembangnya media online saat ini yang menjadi sarana jitu dalam mendistribusikan berbagai informasi kepada masyarakat luas maka Dayah MUDI Mesjid Raya juga turut berpartisipasi dalam memanfaatkan media tersebut untuk melayani permintaan akan mutiara ilmu agama oleh berbagai lapisan masyarakat dengan mengaktifkan radio streaming.

Radio Streaming MUDI Mesra yang menjadi sayap dakwah LPDM merupakan ‘jembatan gantung’ dalam menstransfer ilmu agama dari Dayah MUDI Mesjid Raya ke seantero negeri. Semakin meningkatnya para pendengar Radio Streaming MUDI Mesra yang khususnya adalah masyarakat Aceh baik yang bedomisili di dalam maupun luar propinsi seperti Medan, Batam dan yang berdomisili di luar negeri seperti Malaysia, Mesir (mahasiswa Al-Azhar) dan lainnya maka Biro Penerangan LPDM (Lajnah Pengembangan Dakwah Mudi Mesra) untuk sementara telah mengatur Jadwal Penyiaran pengajian di Radio Streaming MUDI Mesra. 

Jadwal siaran pengajian yang disiarkan dari Kantor Pusat Kajian Lajnah Bahtsul Masail (LBM) MUDI Mesra adalah sebagai berikut. 19:00 WIB Pengajian Kitab Fatawa Hadisiyah (Karangan Syaikhuna Ibnu Hajar Al-Haitami) diasuh oleh Abu Syaikh Hasanoel Basri. 21:25 WIB Pengajian Kitab Ghayah Wusul (Karangan Syaikhul Islam Abi Zakariya Al-Anshari ) diasuh oleh Waled Tarmizi Al-Yusufi (Guru Senior MUDI Mesra) 23:35 WIB Pengajian Kitab Tuhfatul Muhtaj (Karangan Syaikhuna Ibnu Hajar Al-Haitami) setelahnya dilanjutkan Pengajian Kitab Ihya Ulumuddin (Karangan Imam Al-Ghazali) diasuh oleh Abu Syaikh Hasanoel Bashry. 02:00 WIB Pengajian Kitab Mantiq Sabban Malawi dan Syamsiah (Karangan Imam Qazwaini) setelahnya dilanjutkan Pengajian Kitab Sawi (Ilmu Bayan) dan Mustasfa (Ilmu Usul Fiqh Karangan Imam Al-Ghazali) diasuh oleh Waled Tarmizi Al-Yusufi. 

Untuk siang hari nya akan disiarkan ulang siaran di atas (sesuai permintaan sebagian pendengar). 16:15 WIB Siarang ulang Pengajian Kitab Tuhfatul Muhtaj (Karangan Syaikhuna Ibnu Hajar Al-Haitami) setelahnya dilanjutkan Pengajian Kitab Ihya Ulumuddin (Karangan Imam Al-Ghazali) diasuh oleh Abu Syaikh Hasanoel Bashry. 

Siaran Pengajian ini masih dalam bentuk Bahasa Daerah (Aceh), namun mengingat permintaan sebagian santri di Jawa Timur (Sidogiri) untuk disiarkan pengajian dalam Bahasa Indonesia dalam segmen khusus agar lebih mudah dipahami maka LPDM telah merekomendasikan untuk menyiarkan pengajian ber-Bahasa Indonesia khusus untuk masyarakat Nusantara. (LPDM). (mudimesra.com)

Pondok Pesantren KAWALI Al-Aziziyah Jambi

JAMBI - Keberangkatan kami ke Jambi dalam rangka mendampingi kontingen Aceh dalam acara MTQKN ke V di Kota Jambi yang tidak bersamaan dengan rombongan kontingen Aceh membawa berkah tersendiri bagi kami. Karena setelah acara selesai kepulangan kami tidak terikat dengan rombongan, hal ini kami manfaatkan untuk mengunjungi beberapa pondok pesantren di kabupaten-kabupaten Jambi yang lain. Salah satu pondok pesantren yang kami kunjungi adalah Pondok Pesantren Kawakibul Waliyah Al-Aziziyah yang merupakan salah satu cabang dari LPI MUDI Mesjid Raya di Propinsi Jambi yang dipimpin oleh Tgk. Idham Khalid. 

Pondok KAWALI ini masih sangat sederhana, hanya memiliki tiga asrama dengan hanya tiga balai dengan usia yang baru setahun karena pondok ini dibuka pada bulan september tahun 2013. Bahkan rumah yang didiami oleh Tgk. Idham Khalid adalah salah satu bangunan kayu yang sebagiannya merupakan asrama santri. 

Saat ini Pondok KAWALI baru memiliki santri 23 dengan 3 tenaga pengajar dan sedang menyelesaikan pembangunan asrama baru yang akan menampung santri baru yang telah menyatakan akan menetap di pondok ini setelah Idhul Adha mendatang. Para santri di Pondok Pesantren ini semuanya adalah santri tetap yang belajar aktif dengan jam belajar yang diadopsi dari jam belajar di Dayah MUDI Mesra. Karena masyarakat Jambi tidak mengenal sistem santri mengaji malam saja, anak-anak yang menempuh pendidikan formal SMP dan SMA maka mereka tidak lagi mengaji di balai-balai di waktu malam hari layaknya di Aceh - maka secara otomatis semua santri di Dayah tersebut adalah santri menetap. Rata-rata para santri yang menetap di sini adalah santri usia SMP. 

Dari pantauan kami, terlihat adanya penekanan pada pembacaan Al-Quran yang kuat terhadap para santri setelah selesai shalat selalu membaca Al-Quran. Satu hal lain yang menggembirakan untuk perkembangan dayah ini adalah adanya kepercayaan dari beberapa para ulama di Jambi untuk menitipkan anaknya di Dayah Tgk. Idham Khalid tersebut untuk diajarkan ilmu agama. Dari 23 santri yang telah ada saat ini, beberapa di antaranya adalah anak-anak dari tokoh agama dan bahkan cucu para ulama besar di Jambi. Hal ini tentunya akan mempermudah perkembangan Dayah ini ke depan. 
Saat ini pondok ini juga mengembangkan pertanian dan perikanan yang dipandu oleh salah satu ahli pertanian dari Sumut yang menetap di Dayah tersebut. 

Perjuangan Tgk. Idham Khalid dalam memperjuangkan pondoknya bukan tanpa tantangan, salah satu tantangan beliau adalah adanya kesalahpahaman dari sebagian kalangan masyarakat awam yang mengira beliau adalah Jamaah Tabligh (kebetulan masyarakat di sana tidak menyukai Jamaah Tabligh), karena beliau sering bersurban, berjenggot, dan istri beliau memakai kaus kaki bahkan kadang juga bercadar. 

Dalam pembangunan dayahnya, Tgk. Idham Khalid berusaha meninggalkan sistem gubuk, di mana para santri tinggal di gubuk yang dibuatnya masih-masing yang saat ini masih berkembang dan diminati di pondok-pondok di Jambi. Beliau lebih memilih pesantren dengan sistem penginapan para santri di asrama yang dibangun oleh pondok pesantren sehingga lebih mudah menertipkan ruangan dayah yang menjadikan suasana pondok pesantren lebih asri dan rapi. Karena sarana yang belum memadai, beliau belum menerima santri putri untuk belajar di dayah beliau. 

Menurut Tgk. Idham Khalid, beliau bertekad mempertahankan sistem salafi yang memfokuskan kajian utamanya pada pemahaman kitab kuning (kutub turast). Beliau beralasan, berdasarkan pengalaman dari beberapa pondok yang menggabungkan sekolah formal di dalamnya, para santri tidak bertahan lama, setelah tamat MTS atau MAN langsung berangkat dengan kemampuan memahami kitab kuning yang rendah. 

Keterangan serupa pernah kami dengar dari pihak Kemenag pusat pada saat MQKN di Lombok tahun 2011 yang lalu. Salah seorang pejabat Kemenag Pusat menceritakan bahwa saat ini mereka tidak lagi menyarankan kepada pondok-pondok pesantren salafi untuk memasukkan madrasah dalam pondok mereka, karena setelah adanya madrasah di dalamnya, ternyata menurunkan kualitas pondok pesantren sebanyak 80 persen, demikian penjelasan salah satu anggota Kemenag tersebut. (mudimesra.com)

Syekh Ismail Kembali Kunjungi MUDI Mesra Samalanga

SAMALANGA - Ulama Malaysia, Dr. Syekh Ismail Kassim baru baru ini kembali berkunjung ke Aceh pada hari kamis (11/9/2014) yang lalu. Lawatannya ke Aceh juga bertujuan untuk mempererat hubungan silaturrahmi dengan Ulama, Pemerintah dan Masyarakat Aceh.

Syekh Ismail dan rombongan dari Pertumbuhan Rahmatan Lil Alamin (Perahmat) mengunjungi Markaz Islah Al-Aziziyah Lueng Bata, tempat ditampungnya yatim piatu korban konflik dan tsunami Aceh. Pada hari Sabtu, Rombongan akan bertolak ke Samalanga berkunjung ke Dayah MUDI Mesra dan bersilaturrahmi dengan Ketua Himpunan Ulama Dayah Aceh, Syekh Hasanoel Basri HG atau Abu MUDI. Pada siang harinya, Syekh Ismail akan memimpin zikir Akbar di Mesjid At-Takarrub, Trieng Gadeng bersama Majelis Zikir Mujiburrahman Aceh setelah zuhur.

Pada Minggu pagi, Syekh Ismail akan mengisi kuliah subuh di Banda Aceh dan pertemuan bersama Pemerintah Aceh. Selanjutnya, rombongan akan bertolak ke Aceh Selatan dan Sabang untuk mengisi Zikir Akbar bersama masyarakat di sana sebelum kembali ke Malaysia pada hari jumat (19/9/2014).

Sebelumnya, Syekh Ismail dan Perahmat pernah mengundang Ulama Aceh untuk menghadiri zikir lima Negara yang digelar di Malaysia. Pada waktu itu, Aceh diwakili oleh Abu MUDI dan Tu Bulqaini selaku Ketua dan Sekjend HUDA. Dan juga perwakilan dari wali kota banda aceh Acara itu sendiri dihadiri oleh Mantan Perdana Menteri Malaysia, Tun Abdullah Badawi dan ribuan jamaah.

Tgk Muhammad Balia, selaku ketua panitia penyambutan rombongan Perahmat menyampaikan, “acara ini bertujuan untuk mempererat hubungan antara Ulama Melayu dalam membimbing umat. Dengan acara zikir ini diharapkan masyarakat Aceh akan tergugah hatinya untuk saling mencintai dan menjaga perdamaian ini untuk terus abadi. Sudah seharusnya rasa permusuhan itu dihindari. Insya allah dengan zikir dan bimbingan para Ulama masyarakat Aceh akan bersatu padu membangun Aceh menjadi lebih baik,” imbuhnya. (Mudimesra.com)

like

Popular Posts

Label