background img

The New Stuff

Membangkitkan Syair Sufi Lewat Tari


Adi Warsidi

TEMPO.CO, Banda Aceh – Usai lakon menepuk dada dan paha, delapan penari itu serentak berdiri membentuk lingkaran. Tangan saling mengait, kaki disentakkan ke depan, ke belakang, setengah meloncat.

Syair sufi dikumandangkan serentak, “Allahu.... Allah rabbani, malaikat rabbani. Beingat-ingat Allahu, taubat bak Allah, ta taubat beusah, neubuka Allahu pinto taubat. (Allahu.... Allah rabbani, malaikat rabbani. Ingat-ingatlah Allahu, bertaubat pada Allah, kita taubat yang sah, bukalah Allah pintu taubat).”

Makin lama syair makin cepat didendangkan, seirama dengan semakin cepat mereka meloncat-loncat dalam lingkaran penuh yang dibentuk. Lalu satu penari jatuh, penari kedua dan seterusnya. Azan berkumandang, dan mereka bangun kembali.

Begitulah satu bagian dari film dokumenter “Sufi tapi bukan Sufi” karya Azhari dan Mirza Putra Samalanga.

Azhari membangkitkan kembali sufi lewat visual yang dibuatnya sebagai karya pribadi. Tujuannya untuk mengingatkan kembali tentang tarian sufi Aceh yang dinilainya sebagai cikal-bakal beberapa tarian yang hidup di Aceh hingga kini. “Saya membuatnya sebagai karya, mungkin untuk mengikuti lomba-lomba film budaya, dananya dari kantong sendiri,” katanya kepada Tempo, Selasa 6 November 2011.

Dia mengambil setting di sebuah desa dalam wilayah Kecamatan Samalanga, Kabupaten Bireuen. Wilayah itu dianggap tempat tarian sufi dipopulerkan kembali pada tahun 1989 oleh tokoh setempat, TM Daud Gade. Nama tarian yang bersyair syiar Islam pun dikenal kembali dengan “Rabbani Wahed”.

Sebelum membuat film dokumenter, Azhari melakukan penelitian dua bulan dari Juni 2012. Akhir Agustus 2012, dia mulai menggarap film tersebut. “Sekarang ini sudah kelar, hanya penyempurnaan saja.”

Tarian disebut sufi didasarkan pada syairnya yang mengingatkan pada perintah Tuhan, mengajarkan kebersamaan dan lagu-lagu tentang kehidupan Hasan dan Husen, para cucu Nabi Muhammad.

Azhari meyakini, tarian itu telah hidup di Aceh sejak abad ke 16, sebelum Sultan Iskandar Muda berkuasa. Tarian Sufi kala itu lebih dikenal dengan nama “Meugrop” yang artinya meloncat. Dalam masanya, tarian itu berkembang dan terpecah dua, “Ratoh Duek” dan “Ratoh Deung”. Seiring perkembangan zaman, Ratoh Duek berkembang dengan nama Tari Saman dan Tari Likok Pulo, sedangkan Ratoh Deung menjadi Tari Seudati.

Tarian Meugrop kerap dimainkan saat malam Idul Fitri. Konon, dulu semangatnya beda dengan sekarang. Tarian Sufi dulunya, dimainkan pemuda di dayah-dayah yang paham benar dengan ajaran Sufi. Permainannya dengan dengan penuh penghayatan dalam setiap gerakannya. Maka, ketika meloncat-loncat saat menyebut “Allahu... Allahu” para pemainnya sampai pingsan dan kemudian dibangunkan kembali dengan azan.

Kini tarian hanya dimainkan sebagai warisan budaya, yang dihidupkan kembali oleh Daud Gade, setelah hampir hilang tergerus zaman di masa kolonial Belanda dan pascakemerdekaan Indonesia. “Penarinya kadang tidak lagi paham ajaran sufi, hanya menjadi sebuah tradisi. Makanya saya memberi judul film Sufi tapi Bukan Sufi,” terang Azhari.

Daud Gade menyebut, keinginannya untuk menghidupkan kembali tarian sufi yang kini dinamakan Rabbani Wahed untuk menjaga tradisi adat dan budaya yang pernah berkembang di Aceh. “Saya mempopulerkan kembali sekitar tahun 1990, setelah diminta Gubernur Aceh masa itu, Ibrahim Hasan, untuk terus menjaga tradisi budaya,” ujarnya.

Karenanya, Daud kemudian mendirikan Sanggar Seulanga. Beberapa kali mereka telah tampil di Jakarta, Malaysia dan bahkan ke Turki untuk menampilkan keahlian mereka. Daud juga mengklaim, Rabbani Wahed dengan syair sufinya hanya ada di Samalanga.

Tarian Sufi Aceh, kata Azhari juga berakar dari Iran atau Persia dulu, mengacu kepada syair-syairnya. Tapi pada gerakan sedikit berbeda, penari Iran membawanya dengan lembut, tetapi di Aceh penarinya dengan gerakan yang keras. “Mungkin karena dibawakan oleh orang-orang pesisir yang kehidupannya keras,” katanya.

Tarian itu kini kerap dimainkan saat upacara adat dan keagamaan, maupun saat acara-acara perkawinan dengan permintaan dari tuan rumah. Di Samalanga, anak-anak sanggar terus menghidupkan sufi lewat syair tariannya, menjaga budaya dan tradisi.

Azhari merekam baik aksi para penari yang duduk lalu berdiri dengan gerakan penuh semangat sambil mendendangkan pesan-pesan spritual dan mengenang para penegak Islam. “Hasan ngen husen cuco jih nabi, aneuk bak Siti Fatimah Zuhra. Mate hasan di dalam prang, mate Husen inong jih tuba. (Hasan dan Husen cucunya nabi, anak dari Siti Fatimah Zuhra. Hasan meninggal dalam perang, Husen meninggal diracuni istrinya).” [Koran TEMPO,Minggu 11 November 2012]

Jejak Kuburan Belanda di Samalanga

ilustrasi
Ratusan serdadu Belanda yang tewas dalam perang di Samalanga tak diketahui kuburnya. Situs sejarah ini luput dari perhatian pemerintah.

Empat nisan kuburan itu setinggi satu meter. Bentuknya kubus selebar setengah meter di bagian bawah, 30 sentimeter bagian atas. Nisan-nisan itu teronggok di dalam sebuah kebun tebu di Desa Namploh Baro, Samalanga, Bireuen.

Selain empat nisan beton tegak, ada empat kuburan lain. Bentuknya memanjang. Dua kuburan lebih pendek seperti kuburan anak-anak. Dua lagi terlihat lebih lebar, kemungkinan makam juga.

Pada Sabtu 28 Juli 2012, di atas kuburan terdapat bekas daun tebu terbakar. Empat meter arah barat kuburan ada lagi nisan setinggi satu meter. Ada tulisan di nisannya: Hier Rust, Fransiscus Keher, Geb 9-2-26, Overleid 11-6-28.

Satu nisan lagi berada lima meter arah selatan nisan Fransiscus Keher itu. Di sana tulisannya: Hier Rust, MM Huka, Geb 9 April 1928, Overleid 19 Des 1929. Di dekat nisan, terdapat satu kuburan lain berukuran pendek. Tutup kuburan seperti peti mati, tidak ada tulisan apa pun.

Inilah makam-makam orang Belanda. Teungku Adnan, 60 tahun, warga Namploh Baro, mengatakan nisan-nisan itu memang tidak terurus. Sejak dulu, kata dia, jumlah makam hanya delapan.
Adnan tidak tahu apakah itu makam tentara atau warga sipil Belanda. “Yang pasti itu makam orang Belanda. Yang pendek itu menurut orang-orang dulu kuburan anak-anak Belanda,” ujarnya.

Menurut dia, jumlah makam Belanda di Samalanga hanya diketahui beberapa buah. Padahal, pada kurun waktu 1880 hingga 1928, banyak terjadi pertempuran antara pejuang Aceh dan Belanda yang ingin merebut Samalanga.

Salah satu yang terkenal adalah perang mempertahankan Benteng Kuta Glee, Batee Iliek oleh pejuang Aceh. Mereka dipimpin Teungku Chik Bugis.Sepasukan Belanda dipimpin Letnan Van Woortman menyusup hendak menyerang benteng. Tiba di Cot Meurak, pasukan dihadang pejuang Aceh hingga sebagian besar meninggal di lokasi peperangan. Namun, bekas kuburan serdadu yang tewas tidak ada di Cot Meurak.

Menurut informasi, seorang Jenderal Belanda bernama Van Heutz tewas saat menyerang benteng dan dikubur di sana. Namun, menurut warga Meurah, Samalanga, puluhan tahun mereka tak mendengar ada kuburan Van Heutz di sana.
Di kalangan masyarakat Samalanga terekam cerita, jika ada pasukan Belanda berpangkat tinggi, pasukan itu akan diboyong ke Banda Aceh (Kutaraja) untuk dikubur. Lain halnya jika yang tewas pasukan Marsose. Mereka dikubur sekadarnya di sembarang tempat. Marsose adalah pasukan Belanda yang terdiri dari penduduk pribumi Indonesia. Mereka direkrut dari Ambon, Manado, dan Jawa.

Selain itu, juga ada pertempuran di Kuala Tambue, kini Cureh Baroh. Sekitar tahun 1877, kavaleri Belanda mendarat di Kuala Tambue. Kavaleri melintasi hutan menuju Samalanga. Rupanya di hutan itu telah dipasangi ranjau oleh 40 pejuang Aceh. Pada pertempuran itu satu batalion tentara Belanda kalah oleh pejuang Aceh di bawah pimpinan ulama, Haji Ahmad.


Selain perang, jejak markas Belanda juga gampang ditemui di Samalanga. Di kebun cokelat yang digarap Adnan, dulunya adalah bekas tangsi militer Belanda. Bekas fondasi bangunan tangsi masih terlihat di kebun itu. Sebagian sudah tidak berbekas sebab telah dibangun asrama Koramil Samalanga. Baik kebun cokelat Adnan maupun kebun tebu berisi makam yang merupakan tanah negara.
Sekitar 22 tahun lalu, kata Adnan, seorang Belanda datang melihat nisan-nisan itu. Melalui juru bahasa yang mendampinginya, warga Belanda itu mengatakan kepada Adnan kalau jenazah yang dikubur itu keluarganya yang tewas dalam peperangan Aceh. Orang Belanda itu mencocokkan nama yang tertera di batu nisan itu. Saat itu semua nisan setinggi satu meter tersebut ada tulisannya. Usai menjenguk nisan-nisan itu sekitar satu jam, orang Belanda itu pulang.

“Saat itu ia mengatakan akan kembali lagi ke sini. Tetapi, hingga 22 tahun berlalu dia tidak kembali, minimal untuk membangun nisan supaya tidak hilang,” ujar Adnan. Dia tidak paham juga mengapa pemerintah daerah tidak memugar kawasan makam Belanda itu.

Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Pendidikan dan Olahraga Bireuen, M. Halim, yang dihubungi The Atjeh Times, Sabtu 4 Agustus 2012, tidak tahu ada makam Belanda di Samalanga. Lagi pula, kata dia, makam Belanda di Samalanga belum termasuk situs sejarah yang dilestarikan.

“Kami akan turun ke lapangan untuk mengecek keberadaan makam-makam Belanda di Samalanga untuk dapat diusulkan supaya dilestarikan dengan cara pengalokasian anggaran untuk dapat dipugar,” kata Halim.
Ia mengatakan makam-makam Belanda itu mungkin saja bernilai sejarah sangat tinggi. “Juga sebagai bukti adanya serangan asing di Aceh pada masa lalu yang ingin menguasai wilayah Indonesia.

Bupati Bireuen Bersafari Ke Samalanga

Bireuen (Humas) Bupati Bireuen H. Ruslan M. Daud bersama rombongan silaturahmi dan dialog dengan masyarakat Keacmatan Samalanga tepatnya di Mesjid Al-Falah Gampong EnamPloh dalam rangka safari ramadhan, turut hadir pada acara tersebut Waled Nu Samalanga,Kajari, Kemenag,Asisten I, kepalaDinas, bagian dan Kantor. Rabu 24/6 Kemarin.

Acara yang dikemas dengan mendengar dan menangapi langsung keluhan masyarakat Kecamatan Samalanga, diawal sambutanya Bupati menyampaikan bahwa safari ramadhan tahun ini sedikit berbeda dengan tahun sebelumnya, dimana pada tahun ini kunjungan lebih awal rombongan safari datang menjelang sholat berjamaah ashar yang kemudian dilanjutkan dengan dialog dan interaktifdimana bupati menyampaikan beberapa informasi pembangunan yang sudah dilakukan dan akan dilakukan, yang kemudian dilanjutkan dengan tanya jawab dengan masyarakat setempat tentang berbagai hal, baik mengenai infrastruktur, program-program pembangunan dan lain sebagainya. Demikian jelas Kabag Humas dan Protokoler Setdakab Bireuen Farhan, SE, MM . 


Sementara itu Camat Samalanga Jamaluddin Ibrahim, dalam sambutanya menyampaikanucapan terima kasih kepada Bupati dan rombongan atas kunjungan safari ramadan pada tahun ini yang dimana rombongan datang lebih awal sehingga masyarakat dapat bertatap muka lebih lama dengan Bupati serta dapat menyampaikan aspirasi-aspirasi dan mendengarkan berbagai informasi terkini, adapun warga yang hadir terdiri dari para tokoh gampong, aparatur gampong dan pemuda setempat.ungkapnya.


 “Alhadulillah dengan adanya Undang-Undang desa, kita kabupaten Bireuen telah menyalurkan dana kepada seluruh desa dengan bertahap dengan kisaran dana terendah tiap desa 300 Juta dan tertinggi 400 juta kurang lebih, dengan demikian diharapkan kepada aparatur desa untuk dapat memamfaatkan sebaik mungkin sesuai dengan peraturan yang berlaku”. Kata Bupati. 


Bupati H.Ruslan M.Daud berharap kepada kepala desa agar benar-benar bekerja melayani masyarakat dengan mengedepankan prioritas yang memang dibutuhkan oleh masyarakat,jadi ini bukan main-main, ini adalah uang rakyat, seperakpun harus kita pertanggungjawabkan, jangan nanti bermasalah dikemudian hari,” katanya.


 “Insya Allah seya selaku Pimpinan daerah akan berusaha semaksimal mungkin untuk berbuat yang terbaik untuk masyarakat yang saya pimpin, mengenai janji-janji saya semasa kampanye akan saya realisasikan sebelum berakhir masa jabatan sebagai Bupati mohon dukungannya” . Tegas Bupati Bireuen. 


Acara Silaturahmi dan dialog  ditutup dengan penyerahan bantuan berupa uang tunai dan satu unit serine dari Bupati Bireuen untuk mesjid Al-Falah, yang diterima langsung oleh ketua panitia pembangunan mesjid.

Hamas MUDI Kembali Adakan GEMPAR


SAMALANGA - HAMAS (Himpunan antar Mahasiswa dan Santri) sebagai ikatan safari santri Dayah MUDI MESRA dan mahasiswa IAI Al-Aziziyah pada tahun ini kembali mengadakan GEMPAR (Gema Paket Ramadhan) ke berbagai wilayah perbatasan Aceh antar kabupaten yang termasuk wilayah terpencil dan rawan pendangkalan akidah.

Menurut info dari ketua panitia pelaksanaan GEMPAR, Tgk. Fakhrurradhi, HAMAS dijadwalkan mengunjungi masjid-masjid di bulan suci Ramadhan di 6 kabupaten di Aceh serta beberapa masjid di Sumatera Utara. Tim HAMAS yang tergabung dalam GEMPAR 1436 H ini berjumlah sebanyak 110 santri.

Bulan suci Ramadhan adalah momentum yang tepat untuk melaksanakan kegiatan dakwah Islamiyah guna memberikan pencerahan, meningkatkan pemahaman dan ilmu pengetahuan dalam bidang agama, meningkatkan kualitas ibadah serta menambah bobot pahala bagi ummat Islam. Kesemuanya itu diharapkan agar iman dan taqwa semakin meningkat dan semakin mantap. Ditambahkan pemahaman keliru terhadap ajaran agama perlu diwaspadai yang mengatasnamakan agama dengan melakukan perbuatan ekstrem yang tidak mencerminkan ajaran agama yang sebenarnya.

Hal yang paling krusial adalah dampak dengan derasnya media informasi, kewaspadaan terhadap teknologi informasi, wilayah perbatasan Aceh dinilai sebagai daerah yang rentan pendangkalan akidah bagi masyarakat, “Tugas kita, bagaimana meminimalisir dampak yang ditimbulkan, salah satunya melalui dakwah,” ujar Tgk. Muhib.

RAPI Lokal Barat Bireuen Akan Gelar Buka Bersama di Samalanga


Mengisi makna dan hikmah bulan suci Ramadhan, sekaligus lebih mempererat tali silaturahmi dengan sesama, Personil RAPI Lokal Barat Kabupaten Bireuen (Peudada S.d Samalanga) menggelar buka puasa bersama di Warung Blang Raya Samalanga acara ini akan dilaksanakan pada tanggal 2 juli 2015.
Kegiatan ini bertujuan untuk untuk menjalin tali silaturahmi agar terus erat di antara kita terutama saat ini bulan Ramadan yang merupakan bulan yang penuh dengan rahmat.
“RAPI merupakan organisasi sosial kemasyarakatan yang besar dan menjadi besar karena dari masyarakat. Sebagai sebuah organisasi kemasyarakatan. Dengan demikian, pada kesempatan ini pula sebagai organisasi sosial, RAPI selalu menekankan akhlak yang baik dan berbudi luhur kepada sesama dan semua pihak, sehingga seluruh lapisan masyarakat bisa melihat RAPI selalu mengedepankan silaturahmi serta kebersamaan dan kekeluargaan,” ungkap Ketua Panitia kepada Tim Ilove Samalanga.

Ijazah 'Aliyah MUDI Diakui Secara Nasional

Abi Zahrul saat menerima SK dari Menteri Agama, Drs. H. Lukman Hakim Saifuddin
SAMALANGA - Sejak akhir bulan Mei lalu ijazah 'Aliyah yang dikeluarkan oleh Dayah MUDI Mesjid Raya telah mendapatkan pengakuan secara nasional setelah mendapatkan SK Dirjen Pendidikan Islam nomor 2852 tahun 2015. Hal ini merupakan buah dari jerih payah para pengurus beberapa pesantren di Indonesia yang terus melakukan lobi dalam beberapa tahun terakhir ini.

"Dengan adanya mu'adalah ini pendidikan di dayah telah anggap sama dengan pendidikan formal dimana lulusan kita akan diakui secara nasional di samping akan adanya bantuan dana BOS serta tunjangan bagi tenaga pengajar," ujar Abi Zahrul kepada mudimesra.com.

Walaupun demikian hal-hal tersebut masih merupakan proyek jangka panjang karena masih membutuhkan pengurusan lebih lanjut.

Sebenarnya penyerahan SK kali ini lebih kepada perpanjangan saja karena setahun yang lalu Dayah MUDI juga telah mendapatkan SK tentang kesetaraan ijazah 'Aliyah dengan sekolah formal, hanya saja waktu itu masih berbekalkan SK Dirjen tanpa adanya Peraturan Menteri.

Dalam beberapa tahun terakhir ini juga sebenarnya ijazah yang dikeluarkan Dayah MUDI telah diakui oleh pemerintah Aceh, banyak lulusan MUDI yang melanjutkan pendidikan formal hanya dengan berbekalkan ijazah 'Aliyah MUDI saja.

Menyusul diakuinya ijazah 'Aliyah oleh Menteri Agama ini, Dayah MUDI telah menerima undangan dari UIN Surakarta Solo bagi lulusan dayah kita untuk melanjutkan kuliah S1 di sana.

Mirza Putra,SKM CEO Ilove Samalanga: Selamat Menjalankan Ibadah Puasa


 Assalamu'alaikum Warah Matullahi Wabarakatuh"

Kaum muslimin dan muslimat, warga Samalanga yang kami cintai dan para pembaca yang kami hormati.

Waktu terus bergulir, dan masapun datang silih berganti, perjalanan waktu telah mengantarkan kita kembali kepintu gerbang kesucian bulan yang penuh kemuliaan, marilah kita sambut kedatangannya dengan segala kegembiraan.

Marhaban ya ramadhan bulan suci yang penuh berkah dan keampunan

Kami atas nama pribadi dan atas nama Komunitas Ilovesamalanga.com, menyampaikan ucapan selamat menunaikan Ibadah Puasa Ramadhan 1436 H, selamat berjuang merebut kemenangan, dan selamat menjalani penempaan rohani, marilah kita sambut bulan suci ramadhan yang penuh ampunan ini dengan suasana bersih lahir bathin.

Kita maknai ramadhan ini, dengan arti yang sesungguhnya, marilah kita ramaikan mesjid-mesjid, mushalla dengan shalat berjemaah, shalat tarawih, tadarus, dan shalat sunat lainnya pada malam hari. Perbanyaklah ibadah dan ingatlah waktu untuk selalu berzikir, berdo'a, dan bertafakur untuk mengendalikan diri dan sangat merugilah orang-orang yang melalaikan kehadirannya, karena belum tentu kita akan bertemu dengan ramadhan yang akan datang.

Marhaban ya ramadhan kami sambut dengan kehadiranmu dengan penuh pengharapan, sesungguhnya berbahagialah orang-orang yang memperoleh kemenangan dibulan yang mulia ini.

Selamat menunaikan ibadah puasa, semoga Allah SWT memberkati kita semua. Amin.

Bireuen, 18 Juni 2015
Dto.

CEO Ilove Samalanga.com
Mirza Putra, SKM



PHBI Samalanga: Sabtu Malam, Abuya Tgk H Syekh Jamaluddin Waly Akan Pimpin Zikir di Samalanga



Samalanga – Abuya Tgk H Syekh Jamaluddin Waly, salah seorang tokoh ulama kharismatik Aceh, Sabtu Malam (6/6), akan memimpin kegiatan zikir akbar Kecamatan Samalanga, Kabupaten Bireuen. Acara itu akan berlangsung nantinya di Masjid Besar Samalanga, kecamatan setempat.

Sebagaimana informasi yang kami dapatkan dari kepanitiaan, Ribuan Jamaah zikir akan menghadiri acara tersebut, Acara ini di selenggarakan oleh PHBI Samalanga yang di ketuai oleh Tgk. Nainunis yang mana beliau juga salah satu alumni dari Mudi Mesra Samalanga, adapun ketua panitianya adalah Tgk. Imran.

Profil Singkat Abuya Jamaluddin Waly
ABUYA Drs Jamaluddin Waly, begitu nama lengkap ulama ini yang akrab disapa Abuya Jamaluddin Waly. Aura kharismatik memancar terang pada sosok ulama ini. Wajahnya mirip Abuya Profesor Haji Muhibbudin Waly, ulama besar di Aceh. Maklum saja, ia adalah adik Abuya Muhibbudin Waly, anak dari Abuya Syeikh Haji Muda Waly Al Khalidy, pendiri Dayah Darussalam Labuhan Haji Aceh Selatan.

Seperti diketahui, setelah Abuya Syeikh Muda Waly Al Khalidy wafat, kepemimpinan Dayah Darussalam Labuhan Haji, dayah tertua di Aceh, dilanjutkan oleh Abuya Muhibbudin Waly hingga beliau wafat pada 7 Maret 2012. Kini, Rais Am atau Pimpinan Umum Dayah Darussalam Labuhan Haji itu dipercayakan kepada Abuya Jamaluddin Waly. 

Hal itu berdasarkan kesepakatan dewan guru dayah tersebut dan didukung ulama se Aceh yang hadir dalam pertemuan di Dayah Darussalam Labuhan Haji, beberapa waktu lalu. Selain Rais Am Dayah Darussalam Labuhan Haji, Abuya Jamaluddin Waly dipercayakan menjadi Mursyidul Am (Pembimbing Umum) tarekat Naqsyabandiyah se Aceh. 

Di mana, sebelumnya Abuya Jamaluddin Waly sudah melibatkan diri dalam tarekat tersebut. “Yang pertama mengembangkan tarekat Naqsyabandiyah di Aceh adalah almarhum Syeikh Muda Waly Al Khalidy dari tahun 1940-an. Tarekat ini juga berkembang pesat di pulau Jawa, Malaysia hingga sebagian Asia Tenggara,” kata Abuya Jamaluddin Waly saat ditemui The Atjeh Post di Masjid Islamic Center Lhokseumawe, Minggu, 20 Mei 2012. 

Selain Abuya Profesor Muhibuddin Waly dan Abuya Jamaludin Waly, ulama lain yang juga sudah diangkat sebagai mursyid tarekat Naqsyabandiyah di Dayah Darussalam, antara lain Teungku Haji Adnan Mahmud Bakongan, Teungku Haji Abdul Hamid Meulaboh dan Teungku Haji Hasan Abati Lamno. 

“Mursyid lain yang sudah diangkat, yaitu Abu Matang Peureulak, Abu Karimuddin Baktya, Teungku Haji Nasir Waly, Waled Hasanul Basri Pimpinan Dayah MUDI Mesra Samalanga, Abu Muhhamad Tayeb Batee Lhee Lhoksukon dan Tgk Zuhdi, anak Abu Karimuddin,” kata Abuya Jamaluddin Waly. “Untuk pengembangan tarekat Naqsyabandiyah ke depan, baik jangka pendek maupun jangka panjang masih dibutuhkan pengangkatan beberapa mursyid dan wakil mursyid baru di seluruh Aceh,” kata Abuya Jamaluddin Waly yang juga Rais Am Dayah Assasunnajah Aceh Besar. 

Dan, hal itu telah dibahas dalam pertemuan para ulama Aceh Utara, Aceh Timur dan sebagian Bireuen dengan Abuya Jamaluddin Waly, di Masjid Islamic Center Lhokseumawe, Sabtu kemarin, 19 Mei 2012. “Alhamdulillah, pengembangan tarekat ini mendapat dukungan dari MPU (Majelis Permusyawaran Ulama) Aceh, yaitu tarekat Naqsyabandiyah yang bersilsilah kepada almarhum Syeikh Muda Waly Al Khalidy,” kata Abuya Jamaluddin Waly yang juga anggota MPU Aceh. 

Menurut Abuya Jamaluddin Waly, di Aceh berkembangan tiga tarekat yaitu Naqsyabandiyah, Syattariyah dan Hadadiyah. “Ketiga tarekat itu diakui sah oleh pemerintah dan diamalkan se Indonesia,” katanya. Begitulah Abuya Jamaluddin Waly, ulama kharismatik yang melanjutkan pengembangan tarekat Naqsyabandiyah. Saat ini Abuya Jamaluddin juga tercatat sebagai Ketua Majelis Zikir Al-Waliyah Aceh dan dosen tetap di Dayah Manyang atau Dayah Tinggi di Majisd Raya Baiturrahman. Sama seperti Abuya Profesor Muhibbudin Waly semasa hidupnya, Abuya Jamaluddin Waly kini menjadi pengasuh Kajian Islam Tingkat Tinggi di Masjid Islamic Center Lhokseumawe tiap minggu ke tiga saban bulan. SUMBER :http://atjehpost.com

Ditulis ulang oleh: Mirza Putra Samalanga

Rujak Aceh Samalanga, Segarnya Rujak Khas Aceh Nan Menggugah Selera

Mengunjungi Samalanga, Bireuen, tak lepas dari pemandangan aduhai yang membuat sobat traveler akan terkesima dan terpesona. Samalanga adalah salah satu kecamatan di Kabupaten Bireuen yang mempunyai peranan penting dalam sejarah Aceh lho, sobat traveler. Pahlawan yang terkenal dari Samalanga adalah Pocut Meuligoe, perempuan asal Desa Gampong Baro yang memimpin pemuda-pemuda Samalanga menggempur Belanda di Batee Iliek, yang kini menjadi sebuah objek wisata terkenal di Aceh. Tentunya, sobat traveler pernah mendengar kisah sejarah tersebut. Samalanga yang dikenal pula sebagai Kota Santri ini ternyata memiliki wisata kuliner yang lezat dan menggoyang lidah. Namanya Rujak Aceh Samalanga.

Rujak Aceh Samalanga, disebut demikian karena rujak Aceh tentunya banyak ditemukan di Aceh sampai di pelosok-pelosok desa. Rujak dari Samalanga ini memiliki kekhasan tersendiri.
Keunikan rujak Aceh pada umumnya memiliki keistimewaannya yang terletak pada cita rasanya yang asam, manis dan pedas. Bahan-bahan yang digunakan memang relatif sama seperti pembuatan rujak pada umumnya, yang terdiri dari buah mangga, pepaya, kedondong, bengkuang, jambu air, nanas, dan timun. Namun bumbu-bumbu yang digunakan, memiliki ciri khas tersendiri seperti garam, cabe rawit, asam jawa, gula aren (merah) yang cair, kacang tanah dan pisang monyet (pisang batu) atau rumbia (salak Aceh). Yang membedakan dengan rujak pada umumnya adalah penggunaan rumbi atau salak Aceh.

Yang menarik dari rujak Aceh Samalanga ini, di atas tempat ulekan yang besar terbuat dari batu itu bisa menampung untuk 50 porsi rujak, ulekan yang digunakan pun biasanya terbuat dari kayu jati. Cara penyajian rujak biasanya memang dilakukan dengan dua cara, yaitu pertama ditaruh di dalam piring dan yang kedua ditaruh di atas daun pisang. Pembeli yang makan di warung, biasanya disediakan di dalam piring, sedangkan yang akan dibawa pulang, biasanya dibungkus dengan daun pisang yang tentu menjadi ciri khas tersendiri.

Bagi sobat traveler yang berada di Sumatera Utara tak lengkap bila tidak menikmati lezatnya Rujak Aceh Samalangan ini. Penasaran kan, sobat traveler?

Selain di Batee Iliek Samalanga, sobat traveler juga dapat menikmati Rujak Aceh Samalanga di Warung Rujak Samalanga yang berada di Medan. Warung ini berada di Kelurahan Sei Putih Timur, Kecamatan Medan Petisah, Kota Medan, Sumatera Utara, Indonesia. Akses menuju ke lokasi ini sangat mudah, karena warung ini berada di Jalan Gatot Soebroto di persimpangan Jalan Pasundan No. 220. Banyak angkutan umum yang lalu lalang melewati lokasi ini, seperti taxi, angkutan umum, becak mesin, dan becak dayung. Harga per porsinya (dalam piring) sebesar Rp. 5.000,00 (Maret 2008) dan harga per porsi yang dibungkus sebesar Rp. 7.000,00 (Maret 2008). Rujak yang dibungkus lebih banyak porsinya dari pada yang di dalam piring.

Kenikmatan Rujak Aceh Samalanga

Rujak Aceh Samalanga, disebut demikian karena rujak Aceh tentunya banyak ditemukan di Aceh sampai dipelosok-pelosok desa. Samalanga merupakan salah satu kecamatan yang terdapat di kabupaten Bireuen.

Baca juga 10 makanan khas tradisional aceh.

Keunikan rujak Aceh pada umumnya memiliki keistimewaannya yang terletak pada cita rasanya yang asam, manis dan pedas. Bahan-bahan yang digunakan memang relatif sama seperti pembuatan rujak pada umumnya, yang terdiri dari buah mangga, pepaya, kedondong, bengkuang, jambu air, nenas, dan timun, namun bumbu-bumbu yang digunakan, memiliki ciri khas tersendiri seperti garam, cabe rawet, asam jawa, gula aren (merah) yang cair, kacang tanah dan pisang monyet (pisang batu) atau rumbia (salak Aceh).


Yang menarik dari rujak Aceh Samalanga ini, di atas tempat ulekan yang besar terbuat dari batu itu bisa menampung untuk 50 porsi rujak, ada juga ulekan yang digunakan biasanya yang terbuat dari kayu jati. Cara penyajiannya rujak biasanya memang ddilakukan dengan dua cara, yaitu pertama ditaruh di dalam piring dan yang kedua ditaruh di atas daun pisang. Pembeli yang makan di warung, biasanya disediakan di dalam piring, sedangkan yang akan dibawa pulang, biasanya dibungkus dengan daun pisang yang tentu menjadi ciri khas tersendiri.


Santri Ummul Ayman Peduli Rohingya

Samalanga-Ribuan santri Ummul Ayman mengumpulkan dana dan baju layak pakai untuk disumbangkan kepada pengungsi Rohingya, agenda ini berlangsung mulai Tanggal 26 - 28 Mei 2015, dan akan diserahkan ke pengusi pada hari Kamis 28 Mei 2015. 

Pada hari pertama pengumpulan bantuan sudah banyak terkumpulkan baju-baju yang layak pakai dari santriwan dan santriwati yang antusias dalam membantu sesama muslim yang menimpa musibah.

Menurut peneturan Ketua Panitia Tgk. Abdul Malik (Ananda Waled) agenda ini sebagai pembelajaran kepada santri untuk menolong sesama muslim yang menimpa musibah. Mesih menurut Tgk. Abdul Malik mereka yang mengumpulkan terdiri dari santri SMP Ummul Ayman dan MAS Ummul Ayman.

Forum OSIS SMA Se-Samalanga Bantu Muhajirin Rohingnya

Bireuen - Forum OSIS SMA/Sederajat sekecamatan Samalanga galang dana untuk muhajirin Rohingnya yang didaratkan oleh nelayan Aceh di pantai Aceh Utara dan Timur, beberapa hari lalu.

Forum ini merupakan gabungan dari OSIS-OSIS Sekolah Menengah Atas yang ada di ruang lingkup Kecamatan Samalanga.

Insyaallah hari ini kami akan berangkat ke tempat penampuan rohinya untuk membawa sedikit bantuan untuk mereka disana.

Demikian kata Tata Mandala Putra salah satu pelajar yang tergabung dalam forum penggalangan dana tersebut.

Selama proses penggalangan, Kami mendirikan posko OSIS SMA  peduli Rohinggnya di depan puskesmas Samalanga,” kata Tata.

Menurut Tata, sekolah-sekolah yang tergabung dalam forum tersebut adalah SMA N 1 Samalanga, SMA N 2 Samalanga dan SMA N 3 Samalanga.

“Kami berharap dengan sumbangan yang akan kami bawa nanti setidaknya dapat meringankan beban saudara kita yang hingga hari ini masih sangat perlu bantuan bantuan dari kita. Memang jumlah yang akan kami bawa nanti tidak seberapa banyak, namun inilah yang dapat kami lakukan,” tutup Tata.

Ulama Banten Silaturrahmi ke Dayah MUDI

SAMALANGA - Baru baru ini  (19/05), Dayah MUDI Mesjid Raya Samalanga menerima tamu seorang Ulama besar dari Banten, Syeikh Rohimuddin Nawawi Al-Jahary Al-Bantany. Beliau kebetulan sedang berada di Aceh dalam rangka bersilaturrahmi ke dayah-dayah di Aceh.

Syeikh Rohimuddin adalah cucu dari Syeikh Muhammad Nawawi al-Bantani al-Jawi, pengarang kitab Maraqi al-'Ubudiyyah yang merupakan kurikulum pelajaran Tasawuf bagi santri MUDI di kelas 4.

Wadir Dayah MUDI Kunjungi Thailand dan Malaysia

KELANTAN, MALAYSIA - Wadir I dan Wadir II Dayah MUDI Mesjid Raya Samalanga, Abi Zahrul dan Aba Sayed, saat ini sedang melakukan study banding ke Thailand dan juga Malaysia yang telah dimulai dari tanggal 11 Mei hingga 18 Mei 2015 yang lalu,ia nya pergi bersama dengan 16 ulama lainnya dari Kabupaten Bireuen.

Kunjungan study banding yang diprakarsai oleh Badan Dayah ini dipusatkan di bekas wilayah Kerajaan Pattani, sebuah wilayah Islam yang pernah eksis hingga awal abad ke-20 mencakup wilayah selatan Thailand dan bagian utara Malaysia. Setelah mendarat di KLIA 2 Kuala Lumpur), rombongan langsung menuju ke Hat Yai, sebuah kota di perbatasan Malaysia-Thailand. Dari sana perjalanan dilanjutkan ke Pattani untuk mengunjungi peninggalan-peninggalan dari Kerajaan Pattani di propinsi Patani, Yala, dan Narathiwat.

Di Malaysia, kunjungan berkisar di negera bagian Kelantan dan Terengganu yang juga merupakan dua wilayah bekas Kerajaan Pattani dengan agenda mengunjungi beberapa pesantren yang berada di wilayah tersebut.

Berdasarkan info dari Abi Zahrul,  saat ini rombongan ulama dari Aceh tersebut sedang berada di Kelantan, Malaysia. Dijadwalkan akan mengunjungi pesantren-pesantren yang ada di Kelantan sebelum bertolak ke Terengganu besok harinya.

Di samping untuk melakukan study banding, kunjungan ini juga memiliki agenda penting untuk mengikat jalinan kerjasama ulama Aceh dengan ulama Melayu serumpun dalam upaya penguatan Ahlusunnah wal Jamaah dalam menjalin kerjasama pengembangan pendidikan keagamaan antar negara Melayu.I Mudimesra.com


Habib Yaman Kunjungi Dayah MUDI

SAMALANGA - Pada hari Minggu (03/05/2015) Dayah MUDI menyambut tamu mulia, Habib Muhammad bin Shalih al-'Aththas dari Huraidhah, Yaman. Habib dan rombongan lainnya dari Medan dan Langsa tiba di Dayah MUDI menjelang Maghrib setelah sebelumnya sempat mampir di Dayah Raudhatul Muna Al-Aziziyah pimpinan Tgk. Fakri.
Tepat ba’da Isya Habib memberikan tausiah kepada ribuan santri yang berkumpul di dalam Mesjid Poe Teumeureuhom. Dalam tausiahnya, Habib menekankan besarnya tanggung jawab para ahli ilmu dalam belajar dan menyebarkan ilmu yang telah dimiliki kepada masyarakat dan juga pentingnya kepada santri untuk menjauhi maksiat yang mana ia merupakan sumber utama penghalang ilmu.
Dalam sesi tanya jawab dengan para santri ada pertanyaan tentang bagaimana caranya mengatasi hafalan yang lemah. Menjawab hal tersebut, Habib mengatakan bahwa salah satu kiat yang bisa ditempuh untuk memperkuat hafalan kita adalah dengan memperlama sujud dalam shalat.
Habib memuji Dayah MUDI Mesra karena mempertahankan penggunaan hijab bagi para santriwati yang kebetulan juga berhadir di depan Mesjid Poe Teumeureuhom untuk mendengarkan taushiah. Habib bahkan mendoakan semoga mereka supaya menjadikan Siti Khadijah Kubra dan Siti Aisyah sebagai suri teladan dalam hidup.
Kerjasama Aceh-Yaman
Dalam taushiah nya Habib juga menyampaikan rasa kagum dengan keadaan para santri di mana mereka rata-rata tidak mampu menguasai Bahasa Arab secara lisan namun mampu memahami kitab Arab karangan para ulama terdahulu.
Atas dasar itu Habib menganjurkan supaya adanya kerja sama dayah ini dengan lembaga pendidikan di Yaman, dengan mengirimkan tenaga pengajar dari sini ke Yaman dimana mereka nantinya memperdalam Bahasa Arab sambilan membantu Ribath di Yaman untuk mengajarkan para santri tingkatan awal yang berasal dari Indonesia. Di samping juga para guru tersebut nantinya bisa mendalami Ilmu Hadis yang menurut Habib kelihatan masih kurang pengkajiannya.
Di akhir tausiahnya, Habib Muhammad memberikan ijazah kitab Bidayatul Hidayah karangan Hujjatul Islam Imam Ghazali dengan sanad yang bersambung hingga pengarangnya. Setelah memberikan tausiah dan menziarahi makam Tgk. Abi Hanafiah dan Abon Abdul Aziz, Habib dan rombongan segera berangkat menuju ke arah timur untuk mengisi beberapa acara di tempat lain.
Sumber: mudimesra.com

like

Popular Posts

Label